Pengusaha dan cukong yang makan malam bersama dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan stafnya di Istana mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak.
Aktivis Malapetaka Limabelas Januari (Malari) 1974 Salim Hutadjulu mengkritik keras kebijakan Jokowi yang mengundang taipan dan cukong ke Istana dengan alasan sosialisasi tax amnesty. “Jokowi, para menteri kongkow-kongkow bersama cukong, taipan dan pengusaha di istana saat rakyat susah terkena musibah. Ini pemandangan yang sangat menyakitkan bagi rakyat,” kata Salim kepada suaranasional, Selasa (27/9).
Kata Salim, harusnya Presiden Jokowi lebih mementingkan rakyat daripada memberikan karpet merah kepada cukong, taipan di Istana. “Sungguh sangat sedih melihat pemimpin yang tidak peduli terhadap rakyatnya,” kata mantan tahanan politik era Presiden Soeharto ini.
Salim mengatakan, ada kemungkinan taipan, dan cukong yang diundang ke Istana membicarakan masalah reklamasi. “Proyek triliunan reklamasi lebih penting daripada penderitaan nelayan di Teluk Jakarta,” jelas Salim.
Menurut Salim, dalam kondisi penguasa lebih mementingkan taipan, cukong dan penguasa, rakyat punya caranya sendiri. “Rakyat punya cara sendiri dalam menghadapi penguasa zalim yang tidak memikirkan rakyat dan itu sudah terbukti dalam sejarah,” pungkas Salim.