Acara bertajuk ‘Silaturrahim Akbar dan Do’a Untuk Keselamatan Ibukota’ di Masjid Istiqlal pada 19 September 2016 dibatalkan pihak pengurus masjid menandakan ada indikasi intervensi pihak Istana dan Balai Kota DKI Jakarta.
“Kalau dibatalkan mendadak, menandakan ini upaya untuk meniadakan acara ini agar tidak bisa mencari tempat lain,” kata aktivis pergerakan Islam Muhammad Khoiruddin dalam pernyataan kepada suaranasional, Sabtu (17/9).
Khoiruddin menduga, pihak Istana membatalkan acara ini karena dianggap menggerakkan umat Islam untuk menjegal Ahok di Pilkada DKI Jakarta. “Kalau dianggap menjegal Ahok sangat berlebihan. Acara tersebut Silaturrahim Akbar dan Do’a Untuk Keselamatan Ibukota,” jelas Khoiruddin.
Kata Khoiruddin, pembatalan acara dan ada dugaan intervensi pihak Istana menandakan saat ini penguasa sudah otoriter.
“Walaupun terlihat santun, tapi ada presiden bayangan yang sangat otoriter punya peran penuh seperti menabrak aturan larangan reklamasi. Masyarakat sudah tahu sendiri orang kuat itu,” papar Khoiruddin.
Khoiruddin mengatakan, di saat pelarangan acara di Masjid Istiqlal justru para pendukung Ahok melakukan politisasi masjid. “Di berbagai media sosial pendukung Ahok memperlihatkan masjid yang dibangun Ahok di lingkungan Balai Kota,” pungkas Khoiruddin.