Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkenal sebagai seorang pengkhianat dan mudah berpindah partai politik untuk meraih kekuasaan demi kepentingan pribadi.
“Ahok awalnya di Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) besutan ekonom Sjahrir dan melalui kendaraan partai ini dan Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) ditambah beberapa partai kecil, Ahok berhasil menjadi Bupati Belitung Timur 2005-2010,” kata Direktur Program Centre for Economic and Democracy (CEDeS) Edy Mulyadi dalam keterangan kepada suaranasional, Kamis (18/8).
Kata Edy. Pada Desember 2006 Ahok mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Bangka Belitung pada Pilgub 2007. Artinya, posisi bupati baru dia lakoni dua tahun. Peraturan yang ada mengharuskan setiap kontestan melepaskan posisinya sebagai jabatan publik. Maka, dia tinggalkan posisinya itu.
“Kali ini perjudian Ahok harus menenggak pil pahit. Dia kalah. Rupanya kegagalan ini sangat membekas bagi kejiwaannya. Ahok mati selera berpolitik. Kepada Kartini, istri Syahrir, dia menyatakan diri akan cabut dari PPIB. Alasannya, ingin menjadi pendeta saja,” ungkap Edy.
Menurut Edy, janji menjadi pendeta tak ditepati, Ahok berlabuh ke Partai Golkar supaya bisa maju sebagai anggota DPR RI pada Pemilu 2009. Dan, cita-cita melenggang ke Senayan pun terkabul melalui Partai Golkar.
Tak puas menjadi anggota DPR, Ahok mencoba peruntungan memerebutkan posisi eksekutif.
“Ahok pun mencalonkan diri sebagai Cagub DKI pada 2012. Karena kelewat pe-de alias percaya diri, dia langsung mencoba ngebut di jalur Indepeden. Hasilnya, gagal mengumpulkan KTP sebagai bukti dukungan,” papar Edy.
Selanjutnya Ahok mengincar Partai Gerindra yang didirikan mantan Pangkosrtad Prabowo Subianto. Sebagai politikus, apalagi berlatar belakang etnis China, rupaya Ahok lumayan cerdik.
“Gerindra dipilih karena sang pendiri dianggap punya ‘dosa sejarah.’ Saat kerusuhan 1998 meletus, Prabowo menjadi tersangka utama huru-hara yang menimbulkan banyak korban, termasuk kalangan China.
Pada titik ini, Ahok-Prabowo seperti menjalin simbiosis mutualisma. Ahok dapat kendaraan maju ke Cawagub DKI, Prabowo punya kesempatan membersihkan diri dari stigma anti China. Maka, jadilah Gerindra memutuskan Ahok sebagai Cawagub DKI Jakarta periode 2012-2017.
Lanjut Edy, konsekwensinya, Ahok harus daftar sebagai Kader Gerindra dan meninggalkan Partai Golkar yang telah mengantarnya ke Senayan.
“Sampai di sini, apakah Ahok mengkhianati Partai Golkar?” tanya Edy.
Menurut Edy, Prabowo merasa kalau Ahok yang diusung partainya sukses jadi Wagub DKI, maka jalan mencalonkan diri sebagai Capres di 2014 bakal terbentang luas. Itulah sebabnya Prabowo sangat serius. Bukan cuma dukungan partai sebagai kendaraan formal, Hasjim Djojohadikusumo, adik Prabowo menggelontorkan duit yang lumayan besar. Gosip yang beredar menyebutkan, angkanya tidak kurang dari Rp80 miliar.
“Sayangnya rencana tinggal rencana. Skenario indah yang dirajut Prabowo buyar. Ketika Pilpres berlangsung, Ahok nyaris tidak melakukan apa-apa untuk memenangkan Prabowo. Tidak diketahui persis alasannya,” ungkapnya.
Edy mengatakan, mungkin karena mantan bosnya, Joko Widodo, ikut bertarung memerebutkan kursi Presiden melawan orang yang sudah mengusung dan membiayai kemenangannya di DKI. Lalu, Jokowi menang. Prabowo kalah!
“Apakah pada titik ini Ahok mengkhianati Prabowo?” tanya Edy.