Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid sibuk mengurusi kemenangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) daripada memikirkan para TKI yang terlantar di Saudi.
Berdasarkan rilis yang diterima suaranasional dari TKI yang berada Jeddah Saudi Arabia, Ada 59 pekerja Indonesia yang berada di kamp Inma dan semuanya adalah pegawai Inma, subkontraktor Bin Ladin Group. Mereka ini belum mendapatkan gaji dari perusahaan Bin Ladin Group.
Perusahaan ini mendapat kontrak mengerjakan instalasi listrik dan perlengkapan untuk perluasan Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Kamp Inma adalah sebuah perumahan bagi pekerja subkontraktor Bin Laden. Perumahan ini terletak di wilayah Hamdaniah, dekat Terminal Haji, Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Salah satu TKI yang berada di Kamp Imna, Sukayat menceritakan, sejak Maret 2016 mereka tidak pernah menerima gaji. Beberapa pekerja terpaksa berhutang kepada sesama warga Indonesia.
“Bahkan, beberapa di antara mereka terpaksa dikirimi uang dari Indonesia agar bisa bertahan hidup di Saudi sambil menunggu kejelasan status pembayaran tunggakan gaji dan tiket pulang,” ungkap Sukayat.
Saat ini mereka sangat membutuhkan bantuan berupa makanan dan uang. Lebih jauh lagi, saudara-saudara kita tersebut membutuhkan bantuan kita untuk menyuarakan penderitaan mereka kepada pihak terkait di Saudi dan Indonesia agar mereka bisa mendapatkan gaji dan tiket pulang.
KJRI Jeddah sebenarnya sudah coba membantu mendampingi mereka dalam pembicaraan dengan perusahaan, namun proses ini makan waktu, sementara kondisi perusahaan sendiri sedang sulit karena keterlambatan pembayaran dari pemerintah Saudi.
Menurut informasi beberapa pekerja Indonesia di Jeddah, selain Inma, masih ada sejumlah pekerja Indonesia yang mengalami nasib serupa.
Mereka tersebar di beberapa perusahaan subkontraktor dan perusahaan induk Bin Ladin. Informasi ini memang masih harus diverifikasi lagi, namun apa yang dialami oleh para pekerja Inma menunjukkan bahwa urusan pembayaran gaji pekerja Bin Laden masih jauh dari selesai.
Mereka sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk memperjuangkan hak mereka. India, Pakistan, dan Filipina sudah mengirimkan paket bantuan khusus bagi para pekerja tersebut. Bahkan, isu ini sudah menjadi perhatian pemimpin negara-negara tersebut.