Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terindikasikan melakukan intimidasi dan teror setelah kalah melawan nelayan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dalam kasus reklamasi.
“Penodongan senjata ini indikasi adanya teror dan intimidasi dari Ahok ke nelayan. Ini perkara besar karena nelayan kalahkan Ahok dan pengembang,” kata aktivis politik Ahmad Lubis dalam pernyataan kepada suaranasional, Kamis (2/6).
Kata Lubis, nelayan berhadapan dengan pengembang dan penguasa. “Yang dihadapi nelayan itu sesuatu yang sangat besar. Kalau sampai kalah, pengembang dan Gubernur DKI Jakarta bisa rugi miliaran rupiah,” jelas Lubis.
Lubis meminta nelayan dan rakyat Jakarta bersatu dalam menghadapi Gubernur DKI Jakarta dan pengembang. “Rakyat dan nelayan Jakarta harus bersatu dalam menghadapi penguasa penindas seperti Ahok yang berkolaborasi dengan pengembang,” pungkasnya.
Sebagaimana dikutip dari CNN Indonesi Taher, Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia Jakarta, diserang orang tak dikenal pada malam hari, Selasa (31/5).
Pada waktu hampir bersamaan, rumah Sekretaris KNTI Kuat Wibisono juga dibobol maling. Kedua peristiwa itu terjadi usai keduanya mengikuti sidang putusan gugatan soal izin reklamasi Pulau G di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta.
Ketua Bidang Pengembangan Hukum dan Pembelaan Nelayan KNTI Martin Hadiwinata mengatakan, kejadian yang menimpa Taher di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, sekitar pukul 18.00 WIB.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba muncul tiga orang dengan mengendarai sepeda motor. Mereka memepet kendaraan Taher dan memaksanya berhenti. Salah satu dari tiga orang tersebut kemudian mengarahkan senjata tajam ke badan Taher.