Perusahaan-perusahaan sub kontraktor yang mendapat pekerjaan pada BUMN-BUMN Karya yang berhubungan dengan infrastruktur tengah mengalami kesulitan menagih hutangnya pada BUMN BUMN Karya tersebut.
Bahkan khabarnya BUMN-BUMN ini tinggal menunggu waktu dipailitkan oleh para sub kontraktor, ” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyouno dalam ketetangan kepada suaranasional, Jumat (18/3).
Kata Arief, ketidakmampuan BUMN-BUMN itu membayar hutang kepada sub kontraktornya lantaran belum jelasnya dana Penyertaan Modal Negara (PMN) yang akan mereka terima. Sebab hingga kini keputusan penyaluran PMN dalam APBN 2016 masih belum jelas.
“Ini karena dana APBN 2016 tak cukup untuk memenuhi PMN.Padahal-dan ini gilanya-BUMN-BUMN itu sudah terlanjur melakukan pinjaman atau hutang-hutang serta belanja berbagai kebutuhan. Baik itu briding loan kepada bank maupun founder maupun belanja modal kepada para vendor,” ungkap mantan aktivis PRD ini.
Arief mengungkapkan, pada sisi lain, saat yang sama, penerimaan APBN 2016 besar kemungkinan tak bisa tercapai. Akibatnya defisit juga semakin lebar.
“Ini bisa menjadi ancaman perekonomian nasional jika pemerintah gagal mengelola dengan baik. Tanda-tanda kepanikan pemerintah mulai nampak,” ungkapnya.
Kata Arief, untuk mencari jalan menutup defisit penerimaan, pemerintah akan mengubah UU Minerba. Ekspor bahan mentah hasil pertambangkan akan kembali akan diijinkan tanpa syarat harus membangun smelter.
“Padahal bisa diduga upaya ini juga tidak banyak berpengaruh dalam menggenjot penerimaan karena harga komoditas tambang di pasar dunia masih rendah,” jelas Arief.
Menurut Arief, upaya menarik investasi asing juga masih belum maksimal. Hingga saat ini masuknya investasi asing yang digembar-gemborkan sejatinya baru tahap perjanjian komitmen saja. Baik itu investor dari Amerika, China dsbnya.Tekanan perekonomian Indonesia masih cukup berat. Kurs mata uang Rupiah diperkirakan akan mulai melemah lagi akibat ekpor yang terus turun. Sebaliknya import makin meningkat. Padahal pada bulan April biasanya mulai banyak hutang-hutang perusahaan dalam mata uang USD yang jatuh tempo.
“Inilah tanda-tanda kiamat (doomsday) perekonomian Indonesia dalam era Presiden Jokowi. Rasanya, masyarakat perlu mempersiapkan diri jika kondisi terburuk pada prekenomian nasional terjadi. Kenyataan seperti ini tampaknya masih terus di tutupi pemerintah,” ungkapnya.
Arief mengatakan, kondisi perekonomian yang terus memburuk akibat tidak adanya kompaknya para Menteri dalam kabinet kerja pimpinan Presiden Jokowi. Mereka seperti bekerja tanpa visi dan misi yang ditetapkan Presiden Jokowi. Akibatnya, politik anggaran yang ingin dilakukan presiden menjadi sia-sia.Pilihannya tidak banyak.
“Presiden Jokowi harus menata ulang kabinetnya agar bisa berjalan optimal. Politik anggaran yang lebih berorientasi kepada rakyat hendaknya dikawal dengan ketat. Agar kiamat perekonomian bisa dihindari, perombakan kabinet harus segera dilakukan,”ujar Arief.