Muslimah Muda Ini Peroleh Gelar Profesor dari UI

Prof Haula Rosdiana (DOK Harnas)
Prof Haula Rosdiana (DOK Harnas)

Pakaian yang digunakan untuk mengajar maupun sehari-hari selalu menutup aurat dengan jilbab panjang. Usinya pun masih muda. Namun prestasi sangat luar biasa. Dia adalah Prof Haula Rosdiana.

Di usia 45 tahun, Haula Rosdiana merupakan Guru Besar Pajak perempuan pertama di Indonesia. Saat pengukuhan guru besar, Haula membawakan pidato dengan judul “Spektrum Teori Perpajakan untuk Pembangunan Sistem Perpajakan Indonesia Menuju Persaingan Pajak Global.”

Menjadi ahli administrasi pajak bukan cita-cita Haula. Waktu SMA, Haula berkeinginan menjadi dokter.

Menurut Haula, dokter merupakan profesi yang terpandang dan dapat menolong sesama manusia.

Keinginan menjadi dokter terkendala karena masalah ekonomi. Padahal saat SMA, Haula termasuk siswi yang berprestasi.

Kata Haula, ayahnya (almarhum) hanya seorang pekerja pabrik ban di Bogor, sedangkan ibunya menjual makanan seperti gado-gado, sayuran dan sebagainya.

Ia menyadari dari segi ekonomi tidak bisa mengambil jurusan kedokteran karena membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, saudara-saudaranya harus sekolah dan kuliah.

Atas saran orang tuanya, ia mengambil jurusan Administrasi Fiskal di Universitas Indonesia. Tapi dia yakin orangtua tidak akan menjerumuskan anaknya ke jalan yang salah. Meski “diceburkan” ke bidang yang awalnya sama sekali tidak terpikirkan, justru Haula mulai menikmati pilihan tersebut.

Keinginan Haula menjadi guru besar saat menjadi paduan suara acara wisuda di UI. Ia terkesima dengan para guru besar yang duduk di depan para wisudawan.

ada lirik “Vivant professores! ( Panjang umur para pengajar! )” dan melihat kemunculan para guru besar, Haula mengaku gemetar karena takjub. Sebuah tekad tumbuh dalam dirinya, “Suatu saat, saya ingin seperti mereka.”

Dalam kacamatanya saat itu, guru besar adalah pahlawan ilmu pengetahuan yang memiliki posisi luar biasa hingga patut dipuji dalam lagu yang kerap membuatnya hatinya bergetar.

“Dalam imajinasi saya saat itu, mereka sama seperti Einstein, mereka adalah orang-orang yang mengembangkan ilmu pengetahuan, memajukan negara.”

Dengan semangat baru, Haula yang pulang ke rumahnya bercerita tentang cita-citanya menjadi guru besar.

“Saya lari-lari saat pulang dan bilang ke ibu saya, Mama, suatu saat aku ingin jadi seperti guru besar. Saya terus nyanyi-nyanyi Gaudeamus di rumah,” celoteh perempuan yang besar di Bogor itu.

Keinginannya saat itu direstui dengan doa orangtua. Ibunya tidak pernah lupa mengingatkan Haula tentang cita-cita itu.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News