Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat salah menggunakan bahasa Inggris saat berdialog di AS belum lama ini.
Mantan Presiden Jokowi itu seolah-olah mengerti tetapi sejatinya kebingungan saat ada beberapa pertanyaan dari warga AS.
Saat warga AS menanyakan terkait perdagangana, Jokowi langsung meminta Menteri Perdagangan Thomas Lembong memberikan jawaban.
Begitu ketika warga AS menanyakan kebijakan Indonesia dalam politik dan demokrasi, Jokowi menunjuk Menlu Retno L Marsudi untuk memberikan jawaban.
Dalam video berjudul di Youtube berjudul, “Jokowi Berdialog Bahasa Inggris di Amerika”, netizen banyak memberikan kritikan.
F Fiazal: Forum seperti harusnaya jadi ajang untuk menunjukan kepemimpinan dan sekaligus paparan visi dan misi negara terkait hubungan bilateral dua negara. Dalam scope lebih kecil lagi bisa dikaitkan dengan hub antar lembaga penyelenggara dengan pihak Indonesia.
Sayang presiden Jokowi kurang mampu menyampaikan aspirasi nya. Mungkin karena bahasa Inggris yg kurang baik dan tidak paham pertanyaannya, atau memang karena tidak menguasai ranah pertanyaan tersebut.
Harusnya presiden menjawab sendiri secara langsung. Pemimpin lain tidak malu menggunakan penterjemah, contoh Rouhani, Putin, Ahmedinejad dll pasti menggunakan jasa penterjemah resmi. Saya yakin penanya tidak mengharap jawaban detail dari presiden, tapi lebih ke arah mana kebijakan negara Indonesia atas pertanyaan tsb.
Gesture ketawa ketiwi harus dikurangi/dihilangkan jika berada di forum seperti ini. Sangat mengurangi wibawa. Hal ini berlaku juga bagi menteri-menteri nya. Show less
Muhammad Diponegoro: oalah yg terhormat pa presidenku, sebaiknya dipikirkan kembali untuk menggunakan penerjemah bahasa sebagai pendamping bapa, ndak elok aku melihat bapa dalam video kali ini, lihat pemimpin sebelumnya seperti pa Harto. beliau gunakan secara optimal jasa penerjemah bila beliau melakukan pertemuan dengan mitra kepala negara lainnya, dan ini sudah dangat lazim pada dunia diplomasi dimana komunikasi merupakan pintu dari hubungan kedua pihak, namun dgn menggunakan “translator” tidak mengurangi kewibawaan pa Harto sebagai seorang kepala negara. kembali ke pa Jokowi yg nekad ngga bawa translator ditambah dgn cengengesan yg kiranya ngga perlu, ngga patut kiranya bertindak “cukup keliru” ďan dimasa mendatang kiranya ngga boleh terulang kembali, ngga elok dilihat.
https://www.youtube.com/watch?v=WWyWYH8Y6hg