Hari Santri yang akan diperingati 22 Oktober dikaitkan untuk meneladani Resolusi Jihad para Ulama NU di Surabaya di tanggal itu pada 1945.
“Saya setuju, asalkan pas hari itu kaum santri seluruh Indonesia bikin Resolusi Jihad Kedua , bikin jihad merebut kembali Freeport dan Exxon dari tangan saham Amerika,” kata tokoh NU, Ahmad Baso di akun Facebook-nya beberapa waktu lalu.
Kata Baso, perlu juga merebut perusahaan China dan kembalikan milik kaum santri. “Nah itu baru namanya hari santri yang benar,” ungkap Baso.
Menurut Baso, bukan Hari Santri keblinger yang tiap hari teriak antiWahabi tetapi perutnya lapar terus.
Sebelumnya, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Mohsen Assegaf mengatakan Presiden Joko Widodo memiliki keseriusan untuk menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
“Hari santri sudah disampaikan Presiden Jokowi. Tinggal tunggu keputusan, ada keseriusan beliau,” kata Mohsen, Selasa (23/6).
Mohsen mengatakan 22 Oktober merupakan hari yang ideal untuk diperingati sebagai Hari Santri Nasional setiap tahunnya. Alasannya, pada tanggal itu bertepatan dengan gerakan pesantren lewat Resolusi Jihad untuk berperang melawan penjajah Belanda yang ingin kembali menguasai Republik Indonesia pada tahun 1945.
1 komentar
Komentar ditutup.
DUHHHH SENENG NYA ADA HARI SANTRI……. KOK NGGAK MIKIR YA, BAGAIMANA CARANYA SANTRI YANG CERDAS DAPAT SEKOLAH GRATIS SAMPAI KULIAH YA!!!!! PASTI ISLAM BERKIBAR. CUMA DIBOHONGI BIAR SENENG KOK YA PADA MAU!!!!!!!