Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih banyak berpikir pencitraan untuk menaikkan popularitas dari mengatasi masalah rakyat.
Demikian dikatakan pengamat politik Muslim Arbi dalam kepada suaranasional, Minggu (28/6).
Menurut Muslim, dalam berbagai kesempatan, Jokowi akting seperti marah, tetapi tidak ada tindakan selanjutnya. “Lihat saja, setelah Jokowi marah di Tanjung Priok tidak ada kelanjutannya. Mengelola negara itu dengan sistem yang baik. Jokowi itu mengelola negara secara sporadis,” ungkap Muslim.
Kata mantan aktivis ITB era 80-an, Jokowi tidak siap menjadi pemimpin negara Indonesia yang besar. “Jokowi terlalu cepat, makanya terlihat kebingungan,” papar Muslim.
Selain itu, ia melihat, Jokowi banyak dikendalikan para pemilik modal yang membiayai saat kampanye. “Berbagai kebijakan terlihat menguntungkan para pemilik modal,” jelas Muslim.
Muslim juga menyesalkan kalangan DPR yang tidak kritis terhadap berbagai kebijakan yang merugikan rakyat. “DPR terlihat mau mengembalikan uang kampanye. Mereka setuju dana parpol, dana aspirasi, rakyat sudah tidak dipikirkan lagi,” ungkap Muslim.
Menurut Muslim, rakyat bisa bertindak sendiri bila kalangan DPR sudah memperjuangkan aspirasi masyarakat. “Rakyat bisa bergerak sendiri,” pungkas Muslim.