Izzah dan ‘Iffah bagi Seorang Amil Zakat

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Izzah bukanlah pencitraan karena izzah adalah perintah agama untuk menunjukkan betapa mulianya Islam sebagai sebuah ajaran dalam kehidupan manusia. Izzah merupakan refleksi harga diri yang mulia dan agung. Izzah ini harus ada dan tumbuh dalam hati setiap Muslim, menjadi penghias jiwanya. Izzah merupakan kemuliaan, kehormatan, dan kekuatan. Sumber terciptanya rasa dan perilaku izzah bersumber pada Allah subhanahu wata’ala. Izzah yang terpelihara baik akan melahirkan kekuatan dan kemuliaan karena hanya Allah pemilik sebenar-benarnya izzah dan karena Allah itu Rabbul Izzati, Allah menamakan dirinya “al-Aziz”, yang berarti Mahamulia dan Mahaperkasa. Izzah diberikan pada makhluk-Nya sesuai pendekatan pada Rabbnya; semakin dekat dengan Allah, maka makhluk tersebut semakin memiliki izzah.

Adapun pengertian ‘iffah adalah menahan. Secara istilah, ‘iffah bermakna menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Orang yang melakukan ‘iffah disebut ‘afif. Jadi, ‘afif adalah mereka yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung bahkan menginginkan perkara tersebut.

Bila kita cermati, izzah dan ‘iffah sesungguhnya akhlak yang tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah. Bahkan, akhlak ini merupakan sifat hamba-hamba Allah ta’ala yang saleh, yang senantiasa memuji keagungan Allah, takut akan siksa, azab, dan murka-Nya, serta selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya. Izzah dan ‘iffah ini penting bagi amil yang ada di gerakan zakat Indonesia. Karena dengan tumbuh dan berkembangnya perasaan dan perilaku ini, amil diharapkan menjadi sosok yang lebih utuh. Mereka akan bangga terhadap organisasi tempatnya berkiprah dan membangun kebanggaannya dengan memastikan organisasinya tampil terbaik dengan cara terbaik dan punya spirit profesional yang tak kalah dari industri perbankan atau lainnya. Saat yang sama, mereka juga memastikan punya kemampuan menjaga diri dari hal-hal negatif di dalam lembaganya, baik dari urusan pengelolaan maupun dari tindak tanduk atau perilaku personal

Orang-orang yang jadi amil, kemudian terpelihara sifat izzah dan ‘iffah dalam dirinya, insya Allah akan menjadi pilar kuat tumbuhnya kepercayaan dari seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan dunia zakat. Siapa pun mereka -baik muzaki, mustahik, regulator, pemerintah, maupun media dan lembaga sipil masyarakat lainnya- akan nyaman berkomunikasi dan beraktivitas bersama. Lahirnya sikap izzah di gerakan zakat akan menyelamatkan gerakan zakat dari perpecahan, saling merasa lebih hebat serta merasa lebih dipercaya publik

Di era media sosial sekarang, pencitraan sudah tidak lagi sesuai zaman. Jejak digital telah dengan jelas memberi informasi kepada publik akan konsistensi bersikap atau berperilaku. Di dunia zakat Indonesia, sikap izzah menjadi salah satu kekuatan yang akan menyelamatkan gerakan zakat dari efek bola salju bila ada kasus yang kurang baik di salah satu lembaga. Insya Allah, bila sikap izzah ini dipegang, dipelihara, dan secara konsisten diamalkan dalam kehidupan nyata, maka ketika ada turbulensi di gerakan zakat, fase pemulihan akan lebih mudah dimasuki.