Amil Layak Dilekatkan Ungkapan “Holopis Kuntul Baris”

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Kalimat “holopis kuntul baris” bagi sebagian mungkin cukup asing. Namun, bagi mereka yang berlatar belakang budaya Jawa tentu pernah mendengarnya atau malah paham dengan baik. Holopis kuntul baris tercatat pernah disampaikan Bung Karno dalam momen pidato mencetuskan Pancasila pada 1 Juni 1945: “Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan bersama. Dari semua untuk semua.” Ungkapan ini menyemangati bangsa Indonesia agar bergotong royong. Maksud ungkapan ini sendiri adalah “bekerja sama untuk menangani hal besar”. Kalau dikerjakan bersama-sama, masalah seberat apa pun pasti bisa terselesaikan.

Bila ungkapan holopis kuntul baris ditarik ke lanskap gerakan zakat Indonesia, maka tentu amat relevan. Di tengah dinamika dan sejumlah masalah yang dihadapi, baik dari sisi internal maupun eksternal, kini masing-masing unsur gerakan zakat tak bisa sendirian menyelesaikannya.

Urusan gerakan zakat semakin tak mudah, apalagi bila hal ini dikaitkan dengan perkembangan kemiskinan yang kian hari tampak nyata dan meluas. Dari rilis Badan Pusat Statistik pada September 2018, terdata bahwa ada 26,67 juta penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah ini tentu bukan jumlah yang sedikit apalagi bila kita melihat Gini Ratio yang masih sebesar 0,384. Gini Ratio merupakan skala indikator (dimulai dari 0 hingga 1) yang digunakan untuk mengukur derajat ketimpangan sosial di sebuah negara. Dengan skala 0,384, ketimpangan sosial di negeri kita tak bisa dianggap remeh. Bila dibiarkan semakin membesar, akan berisiko terjadinya hal-hal yang tidak baik bagi kehidupan masyarakat.

Di tengah tekanan situasi eksternal, ternyata bila didalami, di internal gerakan zakat sendiri pun tak semakin mudah. Gerakan zakat sekarang ini ibarat menari di atas gelombang. Betapa rentan dan mudah terjebak dalam perangkap-perangkap masalah yang terdapat di sepanjang karier dan kehidupan seorang amil. Pada situasi demikian, para amil dituntut untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kapasitas dan kualitas gerakan zakat. Mereka harus bergerak dalam kapasitas dan lingkup masing-masing, baik disorot media maupun diam-diam di bawah bayang-bayang keikhlasan yang terus dijaga.

Para amil, walau sering terlihat bekerja sendirian di lapangan masing-masing, sejatinya mereka bagian tubuh yang sama dari gerakan zakat Indonesia. Mereka layak dilekatkan ungkapan holopis kuntul baris.

Semangat holopis kuntul baris dengan makna bekerja sama untuk menangani hal besar, tentu terus-menerus dipraktikkan para amil tak kenal henti. Mereka bergerak dan terus bergerak ke seluruh bagian bumi Indonesia untuk berbakti dan mewujudkan rasa pedulinya bagi bangsa dengan tindakan yang nyata dan konkret.

Semangat kepedulian yang terus dinyalakan dalam dada para amil Indonesia inilah yang secara nyata akan menjadi suluh bagi peningkatan kualitas kehidupan para dhuafa. Lewat ribuan para amil ini, semoga negeri ini akan terus tegak dan mampu menopang segala macam masalah yang terjadi.

Lewat tatapan dan bahasa tubuh para amil ini pula, akan terus terpelihara semangat bahwa setiap kita adalah anak bangsa yang sama dan tak akan sali saling meninggalkan saat terjadi masalah.