Jokowi Jadi Musuh Bersama?

Oleh : Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)

“Walau kami belum boleh komentar soal mau kemana ini: SIAP MAS! Gak apa-apa wes, dari perubahan menuju rekonsiliasi. Baik untuk negeri. “Tembok berlin” Indonesia akhirnya bisa runtuh,” [Jansen Sitendaon, Rabu 6 September 2023].*

Jokowi telah menjadi musuh bersama rakyat, itu sudah menjadi opini umum. Banyaknya demo dan kritik rakyat, puncaknya hingga kritik ‘Bajingan Tolol’ yang dialamatkan ke Jokowi, adalah konfirmasi Jokowi adalah common enemy rakyat.

Namun, Jokowi belum menjadi Common Enemy elit politik. Jokowi masih bisa mengendalikan parpol, dengan kekuasaan yang ada dalam genggamannya.

Masuknya Golkar ke kubu Prabowo pasca Airlangga diperiksa Kejagung dalam kasus korupsi minyak goreng, dapat dibaca sebagai konfirmasinya. Apalagi, pasca merapat ke Prabowo, Kejagung umumkan tak akan proses kasus selama Pilpres. Publik juga tahu, Koalisi yang dibentuk Prabowo ada kepentingan Jokowi.

PDIP sepertinya juga tidak berdaya, melihat Jokowi berdiri diatas banyak kaki. Ada kaki Jokowi di lapak Prabowo, ada di lapak Anies via Cak Imin, juga di kaki Ganjar dan entah dimana lagi kaki kaki itu ditebar.

Baca juga:  Eks Koruptor Jadi Stafsus Mensos, SBK: Makin Rusak Negeri Ini di Era Jokowi

Namun hari ini, ada potensi perubahan dinamika politik. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memiliki peluang bertemu Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membahas kerja sama politik pada Pilpres 2024.

Kalau kubu PDIP bisa bersatu dengan Demokrat atas motif ‘sama-sama dikerjai Jokowi’, maka Jokowi akan menjadi Common Enemy elit politik. Keputusan Elit inilah, yang akan melegalisasi penjatuhan Jokowi karena sudah cukup legitimasi dari rakyat. Namun, penulis ragu arahnya sampai kesana.

Demokrat sendiri, berulangkali menyerang Jokowi, baik atas kasus kudeta Moeldoko juga yang terakhir hengkangnya Anies bersama Cak Imin. Meski dalam penjajakan, politisi Demokrat Jansen Sitendaon mengapresiasi rencana pertemuan dua partai ini.

Jansen mengistilahkan ini dengan runtuhnya tembok Berlin Indonesia. Kita tahu lah, hubungan SBY Mega yang sudah lama tak akur. Istilah tembok Berlin yang runtuh, rasanya cukup relevan. Jansen mengusulkan nama koalisinya rekonsiliasi, dari perubahan menuju rekonsiliasi.

Baca juga:  Gila, Ini Cara Licik Jokowi Singkirkan Menteri PKB Melalui Menteri Yuddy Chrisnandi

Jadi, pasca pisah dengan NasDem dan PKS, bisa saja Demokrat segera berlabuh ke PDIP. Koalisi PDIP Demokrat memang cukup punya kans untuk mengimbangi koalisi yang dibentuk Surya Paloh bersama PKB.

Akan ada tontonan menarik kedepan, jika koalisi Demokrat PDIP ini bisa terealisasi. Perseteruan politik makin tajam, akan banyak kejutan kedepan, termasuk sejumlah penangkapan dan penangkapan.

Entahlah, tidak ada jaminan apakah koalisi ini jika terbentuk benar benar akan melawan Jokowi, menjadikannya common enemy, atau sebatas alat kompromi. Kita sebagai rakyat cukup terus menyimak dan mengamati saja.