PDIP Sebut Pertumbuhan 8 Persen jika Terapkan Ide Bung Karno, Politikus PKS: Era Orla Ekonomi Ancur-ancuran

Ekonomi era Orde Lama (Orla) di bawah Presiden Soekarno hancur-hancuran. Terjadi kemiskinan dan inflasi yang sangat tinggi.

“Lha zamannya Bung Karno ekonomi ancur-ancuran,” kata politikus PKS Lalu Suryade di akun Twitter-nya, Jumat (30/6/2023).

Lalu Suryade mengatakan seperti itu menanggapi berita dari democrazy berjudul “Kata Aria Bima PDIP: Jika Terapkan Ide Bung Karno, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Mencapai 8 persen”

Pada awal pemerintahan Soekarno, PDB per kapita Indonesia sebesar Rp 5.523.863.

Pada 1961, Badan Pusat Statistik mengukur pertumbuhan ekonomi sebesar 5,74 persen. Setahun berikutnya masih sama, ekonomi Indonesia tumbuh 5,74 persen. Lalu, pada 1963, pertumbuhannya minus 2,24 persen.

Angka minus pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu biaya politik yang tinggi. Akibatnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) defisit minus Rp 1.565,6 miliar. Inflasi melambung atau hiperinflasi sampai 600 persen hingga 1965.

Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat kembali ke angka positif pada 1964, yaitu sebesar 3,53 persen. Setahun kemudian, 1965, angka itu masih positif meski turun menjadi 1,08 persen. Terakhir di era Presiden Soekarno, 1966, ekonomi Indonesia tumbuh 2,79 persen.

Inflasi meroket hingga mencapai 592%. Pemerintah mengeluarkan kebijakan sanering, devaluasi mata uang, dan penerbitan mata uang baru untuk mengatasi hiperinflasi. Namun kebijakan ini gagal (inflasi 1966 mencapai 635%) karena tidak mengatasi sumber utama kenaikan inflasi – defisit APBN.