People Power, Anies Komandan Jenderal dan HRS Panglima Besar

Oleh: Memet Hakim (Pengamat Sosial)

Tidak dipungkiri lagi pemimpin rakyat yang ditakuti para taipan dan rezim adalah Anies mantan Gubernur DKI dan Habib Rizieq Shihab (HRS), Ulama lurus dan Imam Besar Umat Islam. Keduanya sangat dibenci Jokowi dan lingkarannya. Keduanya juga berseberangan sikap dengan penguasa yang condong menjual murah negeri ini. Akan tetapi sikapnya ternyata sama jika menyangkut kepentingan rakyat.

Di ketentaraan sejak awal, banyak ulama menjadi tentara, termasuk diantaranya Jenderal Sudirman yang dijadikan Panglima Perang RI pertama. Jika saja Anies & HRS secara terbuka saling mendukung dan bersedia memimpin people power, hasilnya akan Ruaaaar biasa. Anies sebagai Komandan Jenderal People Power terbuka, sedang HRS menjadi Panglima Besar tertutup. Mesin partai & relawan akan harus bekerja keras melindungi keduanya. Korlap dibawah Komandan Jendral yg sifatnya terbuka dan dikenal namanya sebagai koordinator people power.

Dari berbagai diskusi di beberapa kelompok, jika sudah membahas “siapa pemimpin kita ?” Biasanya deadlock. Banyak nama yang disebutkan, tapi selalu terkendala masalah kesediaan ybs, kemampuan, dan dukungan rakyat. Di tangan kedua tokoh tersebut, dipercaya dapat menyatukan bangsa yang terpecah ini. Kaum pribumi harus menjadi tuan di negerinya sendiri. Non pri jika ingin diakui sebagai pribumi tentu harus mau bergabung, berjuang bersama.

Untuk calon presiden, pihak rakyat sudah memiliki 1 nama yakni Anies, siapapun wakilnya tidak masalah. Kesulitan timbul saat rezim menggunakan segala kekuasaannya untuk menjegal Anies, para pendukung hanya bersifat reaksioner, padahal perlu juga tindakan preventif. Menyerahkan kepada 3 partai pengusung, ternyata tidak mudah, karena ketiga partai inipun diserang masing-masing secara terpisah untuk dilumpuhkan dan masing-masing memiliki agenda tersendiri

Jokowi presiden 2 periode tercatat paling buruk, penjual negara, pembual yang bengis berwajah innocent. Oleh karena itu, rakyat membutuhkan seorang Komandan Jendral & Panglima Besar yg diakui kemampuan (teknis, strategi, memiliki pasukan) & integritasnya.

Siapakah sosok yang pantas untuk menjadi Komandan Jenderal & Panglima ? Pasti rakyat melihat sosok Anies sang pemersatu rakyat yang berani melawan kendali oligarki yang banyak prestasinya. Anies yang santun tapi tegas perlu berubah menjadi seorang Komandan Jenderal untuk memimpin massa dalam people power. Sedang
Ulama besar HRS paling tepat untuk menjadi Panglima Besar, mengatur strategi, siasat serta mengerahkan umat Islam, Laskar & ormas bila mana diperlukan.

Jika rakyat melalui para tokoh pejuang yang meminta beliau memimpin people power di lapangan, sampai berhasil, tentu beliau bersedia. Adapun dengan status beliau yg masih diawasi sampai 2024, tentulah harus pake taktik tersendiri. Panglima besar People power itu disebut Imam Besar yakni Imam besar umat Islam dan Imam Besar Rakyat RI bukan Imam Besar masjid. Jika di tentara disebut Jenderal Besar.

Untuk menjalankan perannya Imam Besar harus dibantu oleh “Panglima Harian” yang mengatur & menyusun people power di lapangan, Panglima-panglima daerah di setiap Provinsi sampai ke Desa, dst. Para Panglima ini bisa menyatukan mesin partai di lapangan, Laskar-laskar dari berbagai Ormas yg sehaluan dan Relawan yg tersebar di seluruh lapisan.

Juga diperlukan Panglima people power di darat dan di Laut. Panglima di laut untuk menyatukan para nelayan dan penduduk di kepulauan. Panglima ini dibantu oleh para Dansat dari berbagai elemen. Para panglima ini harus gaib sifatnya, sehingga lebih lincah. Perlu juga ada tim udara sebagai tim kontra inteligen seperti Muslim Cyber Army yg gaib untuk menjaga info dengan baik dan menangkal info kurang baik.

Dewan Penasihat & Dewan Pakar juga dibutuhkan agar keputusan Imam Besar ini tidak keliru. Dengan demikian people power dapat bergerak serempak di seluruh Indonesia.

Panglima yang ditunjuk yg berpengalaman, tahan banting dan tentunya yang bertanggung jawab. Banyak para Ulama, purnawirawan dan aktivis yang telah ikut berperang dalam perang nir militer ini dapat menjadi pilihan.

People power adalah takdir, jika telah terjadi, kewajiban manusia itu adalah berusaha agar takdir itu terjadi. People power juga memerlukan dukungan militer dan harus bisa bersinergi tangan dengan TNI untuk menjaga kecurangan dan menjaga keutuhan negara RI serta ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Bagaimanapun TNI dilahirkan dari rakyat, jadi kemanunggalan kedua akan tetap terjaga.

Yang dimaksud TNI adalah para anggota aktif & purnawirawan yang masih memegang teguh sumpahnya (Sumpah Prajurit, Sapta Marga & 8 Wajib TNI) siapapun mereka. Di dalam sumpah tersebut pada intinya mereka lebih taat pada negara dan melindungi rakyat. Taat pada pimpinan jika perintahnya benar untuk melindungi bangsa dan negara.

Pergantian presiden saat ini memang menentukan nasib bangsa dan negara Indonesia. Tangan kekar negara lain lewat kaki tangannya telah mencengkeram kuat. Neo komunis juga sudah masuk kesegala lini termasuk ke istana. Sementara rakyat kebanyakan termasuk mahasiswa dan pemudanya belum banyak yang peduli. Memang yang namanya perjuangan selalu memerlukan pengorbanan, bukan mendapatkan sesuatu.

Bandung, 03.07.2023