Dasco, Sang Komunikator Ulung

Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat politik dan Kader Muhammadiyah Kudus

Di panggung politik Indonesia, tidak banyak tokoh yang mampu memainkan peran penting di belakang layar dan tetap mempertahankan citra publik yang relatif bersih, tak berisik, namun efektif. Sufmi Dasco Ahmad adalah pengecualian. Sebagai Wakil Ketua DPR RI dan salah satu elite Partai Gerindra yang paling loyal kepada Prabowo Subianto, Dasco telah membuktikan dirinya bukan hanya sebagai operator politik, tetapi juga komunikator ulung yang memainkan peran krusial dalam stabilitas internal dan eksternal partai, serta dalam proses transisi kekuasaan menuju pemerintahan baru.

Kebanyakan politikus mengandalkan panggung besar untuk menyampaikan pesan, namun Dasco kerap bekerja dalam diam. Ia bukan tipe politisi yang gemar mencari sensasi, tapi ketika ia berbicara—melalui konferensi pers singkat, komentar media, atau bahkan cuitan media sosial—resonansi politiknya terasa kuat. Gaya komunikasinya tegas, tak bertele-tele, dan penuh perhitungan. Di saat elite lain terseret wacana populis atau konflik terbuka, Dasco justru memilih strategi diplomasi senyap yang mengandalkan jaringan, loyalitas, dan presisi dalam merespons isu.

Keunggulan Dasco terletak pada kemampuannya membaca waktu dan situasi. Ia tahu kapan harus berbicara, kapan harus diam. Dalam beberapa momen genting—seperti saat Prabowo mendapat tekanan di masa transisi pasca-Pilpres 2019, atau saat polemik pengunduran diri kader Gerindra di berbagai daerah—Dasco sering kali tampil sebagai “penetral suhu” yang menjinakkan ketegangan melalui narasi yang tepat.

Sebagai orang dekat Prabowo Subianto, Dasco bisa disebut sebagai salah satu “gatekeeper” yang menjaga keseimbangan internal Partai Gerindra. Ia bukan hanya juru bicara informal sang ketua umum, tetapi juga tangan kanan yang merapikan suara-suara bising di internal. Banyak kalangan menilai bahwa Dasco memegang kunci komunikasi antara Prabowo dan aktor-aktor penting lainnya, baik di lingkup legislatif maupun eksekutif.

Dalam konteks perpolitikan 2024 dan pasca kemenangan Prabowo-Gibran, peran Dasco semakin sentral. Ia dianggap sebagai penghubung yang memahami cara kerja elite politik lama dan aspirasi kekuatan muda di lingkaran Gibran Rakabuming Raka. Dasco menjadi penyeimbang antara “old guard” Prabowo dan para pendatang baru yang membawa ambisi segar ke dalam koalisi.

Bukan kebetulan jika Dasco dikenal sebagai tokoh yang jarang blunder dalam pernyataan. Setiap kalimat yang ia ucapkan mengandung kalkulasi. Dalam banyak kasus, ia bahkan mampu mengarahkan opini publik tanpa harus tampil secara ofensif. Contohnya, dalam merespons kritik terhadap keputusan strategis Gerindra, Dasco sering menggunakan pendekatan kontekstual dan historis, mengingatkan publik pada rekam jejak partai dalam kebijakan nasional. Ini menunjukkan kemampuannya menggunakan narasi sebagai alat stabilisasi politik.

Di sinilah letak keunggulan Dasco: ia tidak menempatkan komunikasi sebagai alat propaganda, melainkan sebagai medium konsolidasi. Ia tidak mengobarkan wacana, tetapi menenangkan badai. Dalam dunia politik yang semakin penuh retorika, pendekatan ini menjadi langka dan justru sangat efektif.

Namun tentu saja, tidak semua kalangan memuji Dasco tanpa kritik. Sebagian menilai bahwa kesenyapan dan gaya elitisnya justru menyembunyikan proses politik yang tidak transparan. Beberapa analis menyebut bahwa di balik gestur tenang itu, ada kekuatan yang sangat besar—kekuatan untuk memutuskan siapa yang masuk dan keluar dari lingkaran kekuasaan.

Faktanya, di parlemen maupun dalam tubuh partai, Dasco dikenal sebagai tokoh yang mampu “mendisiplinkan” kader dan mengatur ritme partai agar selaras dengan garis komando pusat. Dalam politik kekuasaan, kemampuan ini lebih penting dari sekadar popularitas. Dan Dasco memainkannya dengan teliti.

Dengan pelantikan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden mendatang, peran Dasco diperkirakan akan semakin signifikan, terutama dalam menjaga komunikasi antara istana dan parlemen. Ia bisa menjadi penentu arah kebijakan legislatif yang mendukung stabilitas eksekutif. Bahkan, sebagian pengamat menyebutnya sebagai “menteri tanpa portofolio”—pengaruhnya lebih besar dari jabatan yang ia sandang.

Sufmi Dasco Ahmad adalah cermin dari politik gaya baru: tidak gemerlap di luar, tapi kuat di dalam. Dalam politik, di mana persepsi bisa menentukan nasib kekuasaan, ia menjadi penjaga irama yang memastikan nada-nada sumbang tidak mengganggu orkestra besar pemerintahan. Dan selama ia memainkan perannya dengan presisi, posisinya akan tetap tak tergantikan—di balik layar, namun dekat dengan pusat keputusan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News