Aktivis Indemo, Agus Sulistio, melontarkan kritik tajam terhadap fenomena bergabungnya sejumlah tokoh dan kelompok yang dahulu dikenal keras mengkritik Prabowo Subianto, namun kini berada dalam barisan pendukungnya. Agus menyebut situasi ini sebagai paradoks besar dalam politik Indonesia pasca-Pilpres 2024.
“Hari ini kita menyaksikan paradoks besar. Mereka yang dulu terang-terangan anti-Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019, kini mendadak menjadi bagian dari barisan pendukung Prabowo,” kata Agus Sulistio dalam keterangannya kepada www.suaranasional.com, Jumat (25/4).
Menurut Agus, fenomena tersebut bukanlah rekonsiliasi ideologis seperti yang sering digaungkan, melainkan sebuah bentuk “penyamaran politik” demi menyelamatkan kepentingan lama.
“Jangan naif. Ini bukan soal rekonsiliasi ideologis, melainkan penyamaran politik untuk menyelamatkan status quo. Ada kepentingan yang ingin tetap hidup dalam wajah kekuasaan baru,” tegasnya.
Agus juga menilai bahwa Prabowo Subianto sangat menyadari keragaman dan potensi konflik di dalam koalisi pendukungnya. Ia menyebut bahwa Prabowo saat ini sedang membiarkan berbagai faksi itu bermain—mulai dari elite birokrasi lama, kelompok bisnis, hingga para pemain narasi dan disinformasi—sambil menunggu momen yang tepat untuk bertindak.
“Prabowo tahu ini. Ia paham benar bahwa dalam barisan pendukungnya sekarang, bersemayam banyak faksi dengan kepentingan beragam. Tapi seperti dalam teori intelijen klasik, Prabowo sedang menunggu momen tepat untuk mengaktifkan medan ‘The Killing Ground’,” ujar Agus.
Istilah “The Killing Ground” dalam dunia intelijen merujuk pada strategi menciptakan medan tempur yang tampak menguntungkan bagi lawan, namun sejatinya telah dirancang untuk menjebak dan melumpuhkan mereka. Agus menyiratkan bahwa Prabowo mungkin akan mengambil tindakan drastis terhadap para pembonceng politik di sekelilingnya jika dirasa mengancam kepemimpinannya.
“Jangan kaget bila suatu saat nanti akan terjadi pembersihan politik besar-besaran. Prabowo bukan tipe yang mau dikendalikan dalam diam,” pungkas Agus.