Memaknai Kunjungan Presiden Prabowo ke 5 Negara Timur Tengah

Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat politik dan Kader Muhammadiyah Kudus

Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke lima negara di kawasan Timur Tengah – Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania – bukan sekadar diplomasi formal pasca-kemenangan Pilpres 2024. Lawatan ini sarat makna strategis yang jika ditelaah lebih dalam, mencerminkan arah baru kebijakan luar negeri Indonesia yang lebih aktif, mandiri, dan berpijak pada kepentingan nasional yang lebih luas.

Prabowo memahami pentingnya memulai konsolidasi politik tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung global. Timur Tengah adalah kawasan yang selama ini memiliki keterkaitan erat dengan Indonesia dalam tiga aspek utama: ekonomi, geopolitik, dan identitas keagamaan.

Negara-negara yang dikunjungi memiliki karakteristik berbeda namun sama-sama penting. UEA dan Qatar adalah mitra ekonomi strategis yang kuat, Turki dan Mesir adalah pemain regional dengan sejarah panjang dalam percaturan politik Islam dan dunia Muslim, sementara Yordania adalah representasi moderasi dan stabilitas di tengah gejolak kawasan.

Kunjungan ini bisa dimaknai sebagai upaya untuk menghidupkan kembali semangat diplomasi Selatan-Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia cenderung terlalu fokus pada relasi dengan negara-negara besar di Barat dan Timur seperti Amerika Serikat, China, dan Jepang. Dengan mendekatkan diri ke negara-negara Timur Tengah yang sama-sama bagian dari dunia berkembang, Prabowo tampaknya ingin menegaskan posisi Indonesia sebagai negara nonblok yang aktif.

Selain itu, dunia Muslim melihat Indonesia sebagai negara demokrasi besar dengan mayoritas Muslim yang moderat. Kunjungan ini memperkuat peran Indonesia sebagai jembatan antara dunia Barat dan Islam, sekaligus membuka ruang bagi kerja sama konkret dalam bidang energi, pangan, teknologi militer, dan pendidikan.

Prabowo dikenal dengan pendekatan realpolitik-nya. Dalam konteks Timur Tengah, pendekatan ini terlihat dalam pemilihan negara yang dikunjungi. UEA dan Qatar, misalnya, adalah pemain besar dalam investasi global, termasuk di sektor infrastruktur dan energi. Dengan menggandeng mereka, Prabowo membuka jalan untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional melalui kerja sama yang saling menguntungkan.

Di sisi lain, kunjungan ke Turki dan Mesir menunjukkan upaya mempererat kerja sama strategis yang lebih luas, termasuk di bidang pertahanan dan pendidikan. Turki dikenal sebagai negara dengan industri militer yang berkembang pesat. Sedangkan Mesir memiliki hubungan historis yang kuat dengan Indonesia sejak era Soekarno dan Nasser.

Yordania menjadi simbol penting dari diplomasi moral Indonesia. Dalam konteks konflik Palestina, kunjungan ke Amman menunjukkan komitmen Prabowo untuk tetap berada di sisi perjuangan rakyat Palestina. Indonesia tetap menjadi suara yang kuat bagi keadilan dan kemanusiaan, tanpa terjebak pada sikap populis yang tidak produktif.

Penulis melihat kunjungan ini juga sebagai sinyal positif bagi kelompok-kelompok Islam moderat di Indonesia. Prabowo menunjukkan bahwa identitas keislaman Indonesia bukanlah sesuatu yang eksklusif atau reaktif, melainkan inklusif dan aktif dalam diplomasi global. Dalam konteks ini, kunjungan ke Timur Tengah mengandung dimensi simbolik bahwa Islam Indonesia adalah bagian dari solusi peradaban dunia.

Bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar Muslim, kehadiran Prabowo di pusat-pusat dunia Islam mengandung makna psikologis yang kuat. Hal ini menjawab harapan bahwa Indonesia akan tetap menjaga nilai-nilai keislaman dalam bingkai kebangsaan, sekaligus tampil percaya diri di panggung dunia.

Kunjungan Prabowo ke lima negara Timur Tengah adalah langkah awal yang menandai babak baru dalam diplomasi Indonesia. Bukan diplomasi yang reaksioner, bukan pula yang serba normatif. Melainkan diplomasi yang cerdas, realistis, dan berani memperjuangkan kepentingan nasional di tengah dunia yang terus berubah.

Jika langkah ini konsisten dijaga, maka kita bisa berharap bahwa lima tahun ke depan akan menjadi masa di mana Indonesia tidak hanya diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara, tapi juga di Timur Tengah, Afrika, dan dunia Islam secara luas. Prabowo sedang membangun fondasi bagi kebangkitan diplomasi Indonesia yang berakar pada sejarah besar, berpijak pada realitas hari ini, dan menatap masa depan dengan optimisme baru.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News