Oleh: Abu Daud
Membangun lingkaran pertemanan akan membangun jejaring yang kuat dan genuine, ini hipotesa yang sulit untuk dibantah. Bagaimana tidak jika seseorang dengan suka rela menjadi teman dan bersama membangun hubungan tersebut akan menghasilkan energi positif antara dua belah pihak, yang tentunya akan berujung pada benefit yang dirasakan, baik materi maupun non materi.
Membangun pertemanan usul saya jangan dimulai dengan melihat keuntungan secara materi. Apa dan berapa yang kita dapatkan jika berteman dengan si dia. Tapi lebih kepada hal-hal yang justru non materi, atau lebih advance lagi apa yang bisa kita berikan kepada si dia. Sehingga hubungan yang terjalin dilandasi dengan kepercayaan. Orang kalau sudah percaya, akan mudah masuk pada hal-hal yang sifatnya materi dan mereka dengan sukarela memberikannya. Apalagi ketika awal membangun hubungan kita yang justru memberi, ini akan lebih cepat dan lebih baik, karena balas budi dibawa mati.
Kondisi sekarang tidak bisa lagi membangun pertemanan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin kontak di hp atau versi 1.0 yang lebih lama dengan mengumpulkan kartu nama orang yang ditemui sebanyak mungkin, kemudian ditelpon satu persatu untuk dilakukan pertemuan yang ujung-ujungnya ada sesuatu, ada udang disebalik bakwan. Makanya ada penelitian bahwa setiap tahun itu 1 orang hanya bisa mendatangi kontak sebanyak 200-1000 orang.
Kenapa 1000 orang? Karena keterbatan masing-masing kita dalam membangun hubungan. Jikapun banyak kontaknya, penulis yakin hubungan pertemanannya tidak akan berkualitas. Paling banyak yang bisa ditangani oleh satu orang adalah 150-200 kontak. Kontak ini bisa dengan serius untuk dibangun pertemanan yang kuat.
Persis sama yang terjadi di lembaga zakat, para amil dalam aktivitasnya akan melakukan proses edukasi dan penawaran. Yang menjadi beratnya adalah produk yang disampaikan bukan berupa produk yang bisa dilihat dan langsung dirasakan benefitnya oleh donor/pembeli. Makanya memang dalam melakukan edukasi dan penawaran harus tertarget kontak-kontak yang ingin dilakukan edukasi dan penawaran, sehingga terbangun hubungan yang kuat.
Ada rumus sederhana yang bisa dilakukan oleh Amil Lembaga Zakat dalam membangun pertemanan, membangun jejaring yang kuat dan genuine. Rumus ini digunakan membuka pintu pertemanan dan menuju kesempatan mendapatkan goals dari upaya kita membangun jejaring yang kuat, apa itu? Yakni model VCP. VCP adalah model alat kerja yang efektif, model ini digunakan untuk menggambarkan proses penciptaan, pertumbuhan dan penguatan hubungan bisnis, profesional dan personal. Rumus ini ditulis oleh Farco Siswiyanto Raharjo dalam bukunya Personal Branding.
Penjabarannya begini:
VCP itu singkatan dari Visibility (Visibilitas) + Credibility (Kredibilitas) = Profitability (Profitabilitas)
Model ini menunjukkan bahwa langkah pertama adalah membuat diri kita visible (terlihat) dari waktu ke waktu. Begitu orang-orang sudah melihat dan mengenal kita, maka kita akan meraih credibility (kredibilitas). Tapi kita akan baru melihat profitabilitas setelah mencapai krebilitas. Sebagian besar orang mengambil langkah yang salah dan percaya bahwa usai kontak pertama memungkinkan untuk langsung menuju profitabilitas dan memanfaatkam potensi dari hubungan yang baru saja diperoleh, namun hal tersebut hampir selalu menjadi asumsi yang tidak tepat.
Rumus VCP di atas dalam prakteknya harus dilakukan sejalan dan memperhatikan kontak-kontak yang akan kita hubungi dan jalin pertemanan. Maka 3 ada lingkaran dan batasan jumlah, ketika ingin memetakan bagaimana membangun pertemanan yang lebih kuat dan genuine, sebagai berikut:
1. Lingkaran Dalam, nah lingkaran ini kita akan menuliskan list nama-nama orang yang paling penting dan aktif dalam kehidupan kerja atau pribadi. Mereka bisa jadi mentor, orang-orang yang membela dan mendukung kita. Jangan lupa juga orang-orang yang tidak sependapat dengan kita. Mereka seringkali merupakan alternatif yang berguna bagi “orang-orang yang sepakat”, yang tidak pernah menantang kita. Lingkaran dalam ini biasanya akan terdiri dari dua sampai enam orang atau maksimal 10.
Contoh Lingkaran dalam:
– Keluarga
– Tim Internal
– Mentor/coach
– Sahabat Dakwah
2. Lingkaran Tengah, berikutnya lingkaran kedua ini kita sudah menemukan kontak dengan cara profesional dan relevan dengan lingkaran kerja kita, meski mereka bukan orang yang memiliki tingkat kepercayaan pada lingkaran dalam. Mereka bisa jadi orang-orang yang kita temui di pertemuan-pertemuan resmi dalam kerja kita, bagian dari otoritas tempat kerja, kolega atau mantan kolega saat ini, atau referensi dari kolega yang berada dilingkaran tengah ini. Pada lingkaran ini biasanya kita akan menampung 10-30 orang yang cukup dikenal. Kita dapat menghubungi mereka dan tentu saja mereka sudah mengenali kita
Contoh Lingkaran Tengah:
– Atasan
– Mitra Strategis
– Otoritas dan pemerintah
– Jamaah
3. Lingkungan Luar, lingkaran ini berisi kontak-kontak potensial: orang-orang yang baru Anda tahu, atau mungkin orang-orang yang pernah kita jumpai dan ingin dikenal lebih baik lagi. Pada lingkaran ini, kontak yang bisa kita kelola 50-100 orang, terlalu banyak juga tidak bagus justru akan membuat situasi akan berantakan. Jadi penting sekali, untuk membersihkan lingkaran ini secara teratur.
Contoh Lingkaran Luar:
– Donatur potensial
– Donatur potensial baru
– Pic mitra perusahaan
– Kepala atau pimpinan organisasi
– Ekspertis dan Akademisi
Setelah membaca tulisan ini, coba tinjau ulang networking kita kembali, paling tidak bisa dilakukan 1 kali setahun. Apakah memang networking/jejaring kita sudah bagus dan dimantanance terus atau perlu diganti dan diubah status lingkarannya.
Semoga bermanfaat..
Ditulis dan diperbaharui saat selesai mendengar kajian subuh 12 Desember 2024