Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Sungguh sangat naif jika Partai PKS ikut berebut jatah menteri dengan meninggalkan idealisme dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. PKS bakal tercebur kedalam politik kotor karena mencampuradukkan yang haq dengan yang batiil.
Jokowi adalah perusak kebenaran, menginjak-injak etika, moral, dan akhlak serta merusak tatanan demokrasi, meritokrasi, kejujuran dan keadilan. Jokowi adalah perusak tananan bernegara yang telah kokoh menjadi amburadul yang tindakannya dilandaskan pada politik suka-suka, syahwat duniawi, KKN, otoriterianisme, suap-menyuap, dan politik dinasti
Kebusukan rezim Jokowi bakal dilanjutkan rezim Prabowo. Estafeta kebusukan Rezim Jokowi ditandai dengan majunya Gibran sebagai Wapres dan Kaesang sebagai cagub Jakarta. Para oligarki taipan sudah mensetting semuanya, dan tampaknya semua partai bakal ramai-ramai menghinakan dirinya kedalam kebusukan politik Jokowi dan Prabowo.
Bagi orang beriman, politik bukan sekedar mengejar jabatan dan kekuasaan, tetapi untuk penegakkan amar ma’ruf nahi munkar, memperbanyak kemaslahatan umat, dan mendidik generasi muda untuk selalu menghargai kejujuran, kebenaran, jalur yang benar, dan tidak berbuat zalim kepada orang lain.
Jika saja PKS meninggalkan Anies sehingga Anies gugur maju Pilkada DKI hanya karena mengejar tiga kursi menteri tapi mengorbankan harga diri, kebenaran, dan aturan hukum, dipastikan PKS akan terpuruk secara aqidah dan syariat, indonesia bakal lebih hancur, dan demokrasi bakal TERKUBUR.
Apakah PKS telah menutup mata bahwa majunya Gibran, kemenangan pasangan paslon 02, dan majunya Kaesang adalah karena kecurangan dan perekayasaan konstitusi ? Akankah PKS menceburkan diri bersama para pengkhianat bangsa kedalam kubangan lumpur kotoran ?
Jika kita bicara kaidah agama, mendukung pasangan Prabowo-Gibran dan Kaesang hukumnya haram. Akankan negara ini dikorbankan hanya karena dapat 3 jatah menteri ?
Na’udzubillahi min dzalik
Bandung, 4 Shafar 1446