Bagaimana Manajemen Waktu Calon Jamaah Haji Saat di Tanah Suci?

Oleh: Nana Sudiana (Jamaah Haji 2023 SOC 10)

Ibadah haji merupakan bagian dari rukun Islam. Ibadah ini diwajibkan bagi seoarang muslim yang mampu, baik secara finansial maupun fisik. Dalam proses pelaksanaan-nya, agar bisa optimal dalam beribadah, setiap calon jamaah haji idealnya mampu melakukan manajemen waktu dengan baik.

Manajemen waktu sendiri menurut Akram, adalah kemampuan menggunakan waktu dengan efektif dan efisien untuk memperoleh manfaat yang maksimal. Sedangkan menurut Davidson, manajemen waktu adalah sebuah cara untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin dimana seseorang bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan cerdas. Merujuk kedua pengertian tadi, secara umum manajemen waktu bagi calon jamaah haji adalah kemampuan menggunakan atau memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien dalam beribadah haji.

Calon jamaah Haji Indonesia terbagi ke dalam dua gelombang pemberangkatan. Gelombang Pertama, berangkat dari tanah air ke Madinah terlebih dahulu baru kemudian ke Mekkah. Sedangkan gelombang Kedua, dari tanah air langsung ke Mekkah.

Walau terbagi ke dalam dua gelombang pemberangkatan, secara umum calon jamaah haji tetap memerlukan kemampuan untuk mengelola waktu-nya masing-masing secara efektif, sehingga tetap sehat dan bugar serta memiliki kesiapan yang cukup untuk berada di moment puncak ibadah haji nantinya.

Berikut secara ringkas digambarkan bagaimana 5 cara efektif mengelola waktu bagi calon jamaah haji :

Pertama, memahami hal-hal dasar ibadah haji

Untuk bisa berhaji dengan baik, setiap calon jamaah haji diusahakan terlebih dahulu memahami dan mengerti dengan baik terkait syarat dan ketentuan terkait ibadah ini. Termasuk di dalamnya mengenal rukun haji. Rukun haji sendiri adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan seseorang yang sedang melaksanakan haji. Rukun ini penting karena mengandung tahapan dan syarat yang harus dilakukan agar ibadah haji dapat terlaksana dengan sempurna.

Dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kementerian Agama (Kemenag) RI, di sana dijelaskan bahwa rukun haji adalah amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Amalan ini tidak dapat digantikan dengan amalan lain meskipun itu dengan dam atau membayar denda. Adapun rukun haji berjumlah enam, yaitu ihram, wukuf di Arafah, thawaf ifadah, sa’i, cukur, dan tertib.

Kedua, jujur dan sadar kondisi diri

Dalam praktik ibadah haji, diperlukan istithaah (kemampuan) yang meliputi pengetahuan, ekonomi, dan kesehatan. Terkait kesehatan ini, setiap calon jamaah haji dipersyaratkan memenuhi kemampuan dari sisi kesehatan-nya, baik dari sisi fisik maupun mental yang terukur dengan pemeriksaan. Bila calhaj sehat, diharapkan mampu melaksanakan ibadah haji secara mandiri. Ia juga mampu menjaga keselamatan dirinya serta tidak membahayakan orang lain.

Selain diperlukan syarat kemampuan kesehatan tadi, dibutuhkan juga kejujuran dari setiap calon jamaah haji atas kondisi kesehatan dirinya masing-masing. Ini penting dimiliki, agar setiap calon haji tidak memaksakan diri dalam beribadah, juga mampu ditangani tim medis bila ada keluhan atau masalah kesehatan.

Setiap calhaj harus bersedia memberikan informasi yang jujur terkait kesehatannya. Hal ini akan menjadi salah satu catatan penting dalam rangka persiapan kesehatan para jamaah haji, terutama dalam menjalani berbagai kegiatan dalam prosesi haji nanti. Ingat, seorang calhaj tidak bisa melaksanakan rangkaian ibadah haji jika tidak dalam kondisi sehat.

Ketiga, memiliki rencana kegiatan

Untuk sukses berhaji, setiap calon jamaah haji idealnya memiliki rencana aktivitas selama prosesi haji, selain yang telah disusun pihak otoritas haji atau KBIH-nya masing-masing. Setiap calhaj, bisa merancang-nya juga secara harian. Pastikan setiap calhaj meluangkan waktu-nya di setiap malam untuk membuat rencana kegiatan harian masing-masing.

Rencana kegiatan ini juga bisa di isi dengan memprioritaskan kegiatan harian prosesi haji berdasarkan kegiatan yang ingin dicapai selama haji. Misalnya, ingin mengkhatamkan tilawah Al Qur’an, ingin menyelesaikan membaca kitab tertentu dan lain sebagainya. Ketika tiba di penghujung hari (malam) ada rencana kegiatan yang belum terlaksana, jangan panik. Pindahkan rencana ini ke hari berikutnya.

Dengan begitu, setiap calhaj dapat memiliki panduan dalam aktivitas keseharian berhaji, terutama ketika menunggu prosesi puncak haji. Saat yang sama, hal ini juga akan menghindarkan dari rasa bosan dan jenuh dengan kegiatan yang itu-itu saja. Secara teknis, calhaj juga bisa membuat daftar to-do list harian. Ini bisa dilakukan sebelum tidur.

To-do list ini bisa berisi daftar rencana kegiatan yang harus dilakukan esok hari-nya. Kenapa daftar ini harus dibuat malam hari?. Tak lain agar tak ada kebingungan saat bangun tidur. Jadi begitu hari mulai pagi, setiap calhaj mengetahui dengan baik ia harus melakukan apa. Daftar to-do list ini juga bisa menjadikan kita selalu beraktivitas sesuai prioritas yang telah kita miliki. Calhaj tak lagi kebingungan kegiatan mana yang perlu diselesaikan terlebih dahulu.

Dalam proses ibadah haji, kita dari Indonesia secara umum masuk ke dalam kategori haji tamattu, yakni haji yang dilaksanakan setelah melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu. Hal ini karena kebanyakan jamaah haji Indonesia sampai di kota Makkah sebelum waktu haji dimulai. Karena rangkaian ibadah haji biasanya dilakukan pada tanggal 8 hingga 13 Zulhijah, para calhaj harus menyusun kegiatan secara mandiri sebelum ia masuk puncak prosesi haji. Semua kegiatan harian seperti umrah (termasuk umroh sunah), tawaf sunah, iktikaf di Masjidil Haram, salat sunah di Masjidil Haram, dan kegiatan lainnya jangan sampai malah membuat calhaj kelelahan dan justru menjadi tidak optimal ketika sampai pada puncak prosesi haji.

Keempat, perbesar porsi aktivitas dalam ruangan

Mengingat kondisi geografis yang berbeda, juga perbedaan suhu yang sangat ekstrim antara Indonesia dan Arab Saudi, para calhaj diminta mampu beradaptasi dengan baik. Melihat laporan cuaca harian di Arab Saudi menyebutkan, suhu pagi hari mencapai 35 derajat celsius. Sedangkan saat siang hari bisa mencapai 41 sampai 45 derajat celcius. Padahal di Indonesia, suhu rata-rata 22 sampai 26 derajat celcius.

Dengan perbedaan kondisi ini, calhaj diminta untuk terus menjaga kesehatan, yang salah satunya dengan banyak minum air untuk mencegah dehidrasi. Selain itu mengingat ekstremnya suhu udara di luar ruangan, calhaj juga diharapkan menghemat tenaga serta mengurangi aktivitas di luar ruangan.

aktivitas-aktivitas harian, sebisa mungkin diatur atau dikurangi agar tak terkena paparan sinar matahari secara langsung. Dengan demikian, aktivitas jalan-jalan, berbelanja, tour city atau apapun aktivitas di luar ruangan, dikelola agar tak terlalu lama. Saat yang sama, porsi untuk istirahat calhaj juga harus diperhatikan dengan baik. Istirahat ini penting untuk mengurangi stress juga untuk menjernihkan pikiran selama prosesi haji.

Istirahat selain di isi dengan tidur, bisa juga di selingi dengan olahraga kecil yang teratur dan rutin. Selain itu, perlu juga tetap menjaga kebugaran dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sehat di luar bekal makanan yang dibagikan petugas haji. Saat yang sama, hindari makanan-makanan yang tidak sehat semacam junk food. Istirahatlah segera bila sudah merasa lelah, jangan sampai kegiatan yang ada mengurangi waktu istirahat, sehingga menyebabkan kurang sehat.

Mengingat cuaca yang panas ekstrim, jamaah harus menghemat tenaga. Pikirkan dan rencanakan dengan baik untuk melakukan umrah sunah berulang, ziarah, dan sebagainya. Ingat bahwa haji itu kuncinya ialah wukuf di Arafah, dan ini memerlukan stamina yang baik.

Kelima, tingkatkan kerjasama tim sesama jamaah haji

Ada yang berbeda di pelaksanaan haji tahun 2023 ini, yakni munculnya tagline “Haji Ramah Lansia”. Hal ini muncul bukan tanpa sebab. Sesuai data Siskohat 2023, saat ini ada sekitar 66.943 jamaah haji lansia dengan usia 65 tahun ke atas. Jumlah ini menempati hampir mencapai angka 30% dari total jamaah haji tahun 2023.

Situasi ini tentu saja memerlukan pendekatan tersendiri agar suasana yang ada bisa lebih kondusif. Adanya pendamping ibadah haji dan tim kesehatan masih belum optimal sepenuhnya karena secara jumlah masih kecil prosentasenya. Apalagi secara keseharian para lansia perlu mendapatkan pendampingan dalam sejumlah aktivitas rutin-nya, seperti perjalanan dari hotel ke masjid, selama aktivitas non ibadah serta dalam beberapa kegiatan di luar ruangan.

Di sinilah fungsi rombongan dan regu berfungsi. Terutama regu, karena dengan jumlah antara 11 sampai 12 orang dalam sebuah regu, tentu saja jauh lebih efektif fungsinya. Kerjasama teknis maupun non teknis akan sangat membantu. Apalagi bila dalam pengelolaan regu juga memasukan proporsi lansia dalam penyusunan-nya. Di luar itu, pengelompokan lansia yang dicampur dengan yang lebih muda-muda juga efektif menjaga kondisi para lansia agar tetap dalam pengawasan anggota regu atau anggota kamar hotelnya.

Para lansia ini, dengan didampingi yang lebih muda, akan selalu terpantau, termasuk dengan cepat akan terdeteksi bila ada permasalahan yang dialaminya. Yang lebih muda, dengan kemampuan dan kecepatan-nya akan segera berkomunikasi dengan pihak lain untuk mengambil tindakan yang diperlukan. Persoalan jamaah tersasar atau tertinggal bisa jadi diawali karena kurang koordinasi antara sesama jamaah yang ada.

Kerjasama antar jamaah juga diperlukan selama di hotel. Hal ini karena pada dasarnya fasilitas hotel, seperti lift, kamar mandi, mushola atau masjid dan lain sebagainya terbatas. Padahal dengan jumlah penghuni dari jamaah haji yang banyak, semua harus antri atau bergantian menggunakan-nya.

Demikian manajemen waktu calon jamaah haji selama dan di saat prosesi haji di tanah suci. Semoga semua jamaah senantiasa sehat selalu dan menjadi haji yang mabrur.

Kamis, 8 Juni 2023, Zona 10, Misfalah, Mekkah