Akui Cawe-cawe, Mujahid 212: Jokowi Menambah Dusta

Joko Widodo (Jokowi) menambah dusta atas pernyatannya cawe-cawe dalam hal positif seperti mengawal pelaksanan pemilu 2024 secara baik.

Demikian dikatakan aktivis Mujahid 212 Damai Hari Lubis dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Selasa (30/5/2023). “Awalnya membantah cawe-cawe sekarang mengakui. Pernyataan Jokowi tidak bisa dipegang,” paparnya.

Kata Damai, pernyataan Jokowi yang cawe-cawe sangat berbahaya bagi demokrasi di Indonesia. “Nampaknya Jokowi masih mempunyai ambisius menancapkan pengaruhnya di Indonesia setelah tidak menjadi presiden,” jelasnya.

Sebelumnya, Jokowi mengaku cawe-cawe untuk mensukseskan Pemilu 2024 dan mengawal pembangunan ekonomi secara baik.

“Untuk negara, saya cawe-cawe,” ujar Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Senin (29/5/2023).

Dirinya mengaku akan cawe-cawe untuk memastikan perekonomian negara berjalan baik. Dia juga menyatakan harus cawe-cawe agar pemilu nanti bisa berjalan secara demokratis.

Jokowi mengingatkan agar pernyataannya soal cawe-cawe itu tidak disalahartikan. “Jangan terus dianggap saya cawe-cawe urusan politik praktis,” kata dia menambahkan.

Termasuk dalam urusan mengundang para pimpinan parpol, ditegaskannya sebagai upaya untuk memastikan negara ini tetap berjalan baik pada masa mendatang. Hal yang disampaikannya dalam pertemuan dengan para pimpinan parpol, kata Jokowi, adalah soal kesempatan emas Indonesia yang tidak boleh dilewatkan.

“Tiga belas tahun ke depan sangat menentukan,” ujar Jokowi menegaskan.

Karena itu, dia pun mengharapkan agar siapapun yang melanjutkan kepemimpinan nanti bisa memperhatikan beberapa situasi positif yang kini dimiliki Indonesia. Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menegaskan soal posisi geopolitik Indonesia saat ini.

Jokowi menjelaskan, bahwa saat ini Indonesia dalam posisi mendapatkan trust dari negara-negara penting di dunia. Dia menilai, modal ini harus terus dijaga dan dikembangkan.

Namun, Jokowi mengingatkan, pergantian kepemimpinan nasional di Indonesia selama ini tidak menjaga keberlanjutan. “Jadi ibaratnya sudah SMA, balik ke SD lagi. Silakan orang boleh mau gaya pop, gaya dangdut, gaya rock, tapi maju terus. Jangan maju mundur kayak poco-poco,” tutur dia.