KH Imaduddin Ustman: Ente Ada di Mana Saat Perang Melawan Belanda? Ditujukan kepada Warga Keturunan Arab?

Warga pribumi mempunyai peran dalam melawan dan mengusir penjajah Belanda seperti yang diperlihatkan saat Perang Jawa, Perang Banten dan lain-lain.

“Yang berani adalah orang-orang Indonesia leluhur di Surabaya pada 10 November 1945. Mereka bilang pemberani, hai kamu dan keluargamu ketika 1656 rakyat Banten perang melawan VOC, ente dan keluargamu ada di mana? Ketika Perang Cilegon 1888 ente dan keluarga ente ngumpet di mana,” kata pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum, Kabupaten Tangerang, Banten KH Imaduddin Utsman dalam ceramah yang beredar di YouTube.

Kiai Imaduddin mengatakan tidak ada syuhada yaang berasal dari keturunan arab di Indonesia. “Tidak ada yang menjadi syuhada membela agama Allah,” ungkapnya.

Kiai Imaduddin menyoroti pernyataan Mufti Batavia Habib Usman Yahya yang menilai perang di Cilegon bukan jihad.

Selain itu, Kiai Hamdan Suhaemi menilai penelitian nasab habaib oleh KH. Imaduddin Utsman itu didasari niat membersihkan kesucian dzuriyat Rasul yang dikotori oleh tindakan oknum habib-habib yang merasa dirinya superior karena darahnya darah Rasulullah SAW. Perilaku oknum habib yang tidak mencerminkan sebagai dzuriyat justru jadi sorotan publik, ini akan mengantarkan paham ke publik bahwa itu dibenarkan hanya karena dibungkus oleh kemuliaan Rasulullah, seolah menjadi tameng kepentingan pribadi dan kedok dari niat busuk.

Kenapa penelitian itu pada Ubaidillah yang disebut tidak terkonfirmasi sebagai anak dari Sayyid Ahmad al-Muhajir, karena di titik ini (nama Ubaidillah) yang divalidasi sebagai moyang habaib di Indonesia sesuai jadi tradisi nasab yang sudah masyhur.

Penelitian ilmiah itu menggunakan beberapa pendekatan historis dan pendekatan filologis, sebab keaslian sejarah dan nasab itu selalu dikuatkan oleh data tertulis terkait nasab dari beberapa kitab nasab dan kemudian manuskrip filologis (naskah kuno).