Pasca Ramadan, Penerima Manfaat Dana Zakat Harus Meningkat

Penerima Manfaat dari dana zakat harus meningkat dan dipercepat pasca Ramadan. Dana yang dikumpulkan selama Ramadan harus memberikan manfaat kepada masyarakat yang membutuhkan baik melalui bantuan langsung maupun pemberdayaan.

Demikian dikatakan CEO Rumah Zakat Irvan Nugraha dalam Webinar yang diselenggarakan Akademizi, Rabu (17/5/2023).

Irvan juga mengatakan, lembaga zakat pasca Ramadan dilihat secara politik, ekonomi dan industri, sosial, teknologi dan lingkungan. “Pertama, politik. Pada 2023 merupakan tahun politik di mana perlu penguatan Good Corporate Governanace (GCG) termasuk netralitas amil dan lembaganya,” jelasnya.

Faktor kedua, ekonomi dan industri di mana ada predikasi resesi ekonomi pada 2023. “Mempertahankan muzakki berdonasi, mencari donor baru dan pengembangan program,” paparnya.

Kata Irvan, faktor ketiga, sosial di mana ada ketidakpercayaan terhadap lembaga filantropi. “Persoalan ini dengan memperluas layanan dan kemudahan berdonasi dan menumbuhkan kepercayaan publik dengan kampanye Bergerak Nyata untuk Indonesia dan menumbuhkan mengikat donatur,” ujar Irvan.

Faktor keempat, teknologi di mana pertumbuhan dan inovasi teknologi yang berpotensi mendisrupsi. Faktor kelima, lingkungan, adanya perubahan iklim dan ancaman mega trust. “Meningkatkan program berbasis lingkungan,”paparnya.

Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI Bidang Pengumpulan, Rizaludin Kurniawan mengatakan, pasca Ramadan lembaga zakat harus memastikan membina hubungan kuat dengan donatur dan menguatkan visi dan misi.

“Perolehan zakat selama Ramadan mendapat 2 sampai 4 kali. Setelah Ramadan lembaga zakat membangun strategi penatalayanan untuk organisasi, membangun template program untuk memetakan rencana penatalayanan, operasionalisasi rencana,” tegasnya.

Yang harus dilakukan lembaga zakat pasca Ramadan, kata Rizaludin, mengembangkan strategi penatalayangan untuk organisasi. “Lembaga zakat harus bertanggungjawab, jujur dan transparan,” paparnya.

Penatalayangan dapat membantu menciptakan kepercayaan pemangku kepentingan dan meningkatkan kinerja lembaga zakat dalam jangka panjang.

Sedangkan Direktur Utama Akademizi Nana Sudiana mengatakan, Ramadan bukan hanya menghimpun dana zakat, infak dan sedekah tetapi menjaga lembaga dan keberlangsung program.

“Mustahik terjaga, amil memiliki kekohohan. Ramadan menjadi boster mempercepat akselasi finansial. Baznas dan LAZ terbantu dengan akselerasi konsen mendorong umat Islam dalam mengatasi kemiskinan,” jelasnya.

Ia juga mengatakan, potensi zakat fitran 2022 berada di kisaran 476 sampai 529 ribu ton beras. “Setara Rp4,7 triliun sampai Rp6,7 triliun,” ungkapnya.

Menurut Nana, zakat fitrah memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan dan membantu mengatasi kemiskinan ekstrim. “Kerawanan pangan yang parah ini banyak ditemui di kantong kemiskinan ekstrem baik di Jawa dan luar Jawa. Misal di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Karawang. Luar Jawa Kabupaten Mappi dan Kabupaten Sumba Barat Daya,” pungkasnya.