Anies Itu Pilihan Rakyat, Jangan Dizalimi

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Sampai saat ini masih ada pihak-pihak yang bodoh, tamak, dan berkhianat yang terus menjegal Anies. Mereka motifnya hanya uang, jabatan dan kekuasaan. Demi mendapat kepuasan hawa nafsu, mereka telah dibutakan hatinya untuk menempuh jalur yang benar dan konstitusional.

Mereka memang sudah tidak peduli lagi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran, aturan agama dan negara, apalagi cuma moral dan etika. Mereka bahkan sudah nekad untuk merubah sistem bernegara dari demokrasi menjadi monarki dan otoriter serta menginjak-injak dan mengacak-acak konstitusi dengan cara amandemen, dikeluarkannya Perppu, Keppres, atau Perpres.

Ada tiga pihak yang bermain untuk menjegal Anies:

Pertama, Negara komunis China yang dikendalikan oleh Partai Komunis China

China dengan dalih investasi tapi tujuan sebenarnya adalah invasi . Berbagai cara mereka lakukan mulai dari merekrut para pejabat sipil dan militer Indonesia untuk dididik (baca : didoktrin) di China, pemberian bantuan bersyarat (TK dan bahan-bahan dari China), dalih kerjasama padahal tujuannya eksploitasi, mengembangkan bisnis (dengan mematikan produk lokal), mengambil alih teritorial Indonesia dengan dalih kompensasi dan terikat janji, sampai dengan menggelontorkan dana tidak terbatas untuk menyuap dan menjerat para pejabat dan pemimpin Indonesia yang bodoh, tamak, dan mau berkhianat.

Kedua, para oligarki baik oligarki taipan maupun oligarki dalam negeri yang telah hilang jiwa nasionalismenya*

Oligarki Taipan di Indonesia dikenal dengan sebutan sembilan naga. Mereka inilah yang telah mengendalikan hampir seluruh pejabat di Indonesia, baik di tingkat Pusat, Propinsi, Kota/Kabupaten, sampai tingkat Kecamatan dan desa. Berbeda dengan oligarki dari Arab, oligarki taipan ini punya karakter :
1. Ingin menguasai semua bidang : ekonomi, politik, militer, hukum, budaya, dll.
2. Mereka selalu menindas kaum pribumi, kaum pribumi dijadikan jongos-jongos mereka.
3. Mereka licik : meminjan dana dari bank di Indonesia, kalau bangkrut mereka kabur ke China atau menimpakan kerugiannya kepada pemerintah
4. Mereka sengaja korupsi besar-besaran, kalau ketangkap aparat penegak hukum dan petugas lapas disogok, akhirnya mereka dihukum ringan
5. Ketika merampas sumber daya alam, Indonesia kebagian prosentase yang sangat kecil, para aparat TNI dan kepolisian dijadikan backing mereka.

Ketiga, Para komprador pengkhianat bangsa yang telah “menggadaikan” kemerdekaannya kepada aseng

Para komprador ini ada yang berupa lembaga pemerintah, pejabat pemerintah, para anggota Dewan, aparat TNI-POLRI, pimpinan parpol, ada juga tokoh-tokoh masyarakat.
Lembaga pemerintah yang berpotensi menjadi pengkhianat bangsa adalah KPU, BAWASLU, dan MK. Jika mereka benar-benar berkhianat Rakyat harus menghancurkan mereka.

Di era Jokowi, hampir semua stake holder dan pejabat negara telah disuap oligarki taipan sehingga mereka lumpuh dan bisu dalam membela tanah air Indonesia.

Ketika ada orang-orang yang benar-benar mau membela negerinya dari penjajahan China, mereka-mereka ini justru ketakutan sehingga berusaha untuk menjegalnya.

Rakyat sekarang sudah sadar akan kebusukan mereka. Jika saja mereka menghalang-halangi seorang Anies Baswedan yang akan menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia dari penjajahan China, tidak ada pilihan lain selain mereka ini harus kita hancurkan. Mereka tidak boleh dibiarkan untuk menjual kedaulatan negara ini kepada China.

Jika tahun 2024 mereka curang, kita perangi mereka sampai ke akar-akarnya. Dan para komprodor pengkhianat itu kita gantung di Monas atau kita buang ke Nusakambangan.

Ada nasihat bijak dari seorang pejuang :

Jika kalian tawarkan perang kepada mereka (bersiap untuk memerangi mereka), mereka akan mengajak damai kepada kalian; tapi jika kalian ajak mereka damai (lemah), mereka akan terus memerangi kalian.

Jika rakyat kuat dan siap bertempur, mereka akan lemah; tapi jika rakyat lemah, mereka terus saja memerangi rakyat.

Tahun 2024 adalah peluang terakhir Indonesia bisa bangkit. Mari kita perjuangkan Anies Baswedan agar bisa menjadi Presiden Republik Indonesia.

Bandung, 22 Syawwal 1444