Posisi Parpol Koalisi Jokowi dalam Manuver Pencapresan

Oleh : Agus Mualif Rohadi

Partai Koalisi Jokowi dalam pemerintahan akhirnya dapat terbaca pada manuver pencapresan. Masing-masing mempunyai posisinya sendiri, dan hanya satu atau dua partai yang berada dalam kendali penuh Jokowi.

PPP, meskipun hanya mendapat jatah seorang menteri dalam kabinet, bahkan posisi kelembagaan kabinet yang dipimpin ketua umum PPP tidak terlampau strategis dan jauh dari sorotan media, namun PPP menjadi partai dalam kendali penuh Jokowi.

Hal itu sangat mungkin disebabkan oleh faktor historis sejak Orde Baru, di mana PPP sangat dekat dengan PDI sebagai sesama partai yang dengan sabar berada dalam tekanan dan kendali pemerintah, dimana semua personil partainya harus lolos litsus. Setelah reformasi, Megawati dan Hamzah Haz menjadi pasangan yang kompak. Oleh karena itu sangat logis jika terdapat kecenderungan kedekatan yang cukup erat antara PPP dengan PDIP.

PAN, secara historis tidak ada kedekatan dengan PDIP. Sosok Amien Rais adalah sosok yang mempunyai kapabilitas yang kuat dan bersih dari skandal apapun sehingga tidak bisa diatur atur oleh kekuatan siapapun.

Namun pada masa PAN dipegang Zulhas, Amien Rais kehilangan kendali atas partai yang didirikannya. Masuknya Zulhas ke Kabinet Jokowi, sepertinya menjadi petunjuk bahwa Zulhas dapat merebut ketua umum PAN karena didukung oleh kekuasaan. Bahkan Zulhas sukses mendepak Amein Rais dari partai yang didirikannya ini. Hal itu mungkin menjadi syarat dukungan kekuasaan pada Zulhas, agar Amin Rais tidak menjadi faktor yang merepotkan.

Zulhas sepenuhnya dalam genggaman Jokowi. Pasti ada kelemahan pada sosok Zulhas yang dipegang oleh kekuasaan sehingga Zulhas tidak dapat berkutik, dan di PAN juga tidak ada sosok yang dapat membuat partainya mempunyai jalan keluar dari cengkeraman.

Meskipun PAN mempunyai resiko merosot suaranya karena lolosnya partai Umat ikut pemilu, hal itu tidak mampu menjadi faktor yang dapat membuat Zulhas dan PAN beralih posisi. Jika beralih posisi dan hal itu membuat Zulhas tumbang, hal itu akan membuat PAN semakin hancur luluh.

Dengan demikian terbentuknya KIB tidak luput dari tangan kendali Jokowi atas PPP dan PAN, dan Golkar dalam posisi diusahakan untuk diarah-arahkan.

Golkar, adalah partai koalisi Jokowi yang akomodatif terhadap kepentingan Presiden. Namun Golkar tidak berada dalam kendali Jokowi. Golkar adalah partai yang mempunyai beberapa senior yang jauh dari kendali Jokowi, sedang para senior tersebut mempunyai pengaruh dan kendali yang cukup kuat pada partai.

Jika pun Airlangga Hartarto dianggap mempunyai masalah yang menjadi kelemahannya, namun jika hal itu dimanfaatkan untuk menekan partai, maka Golkar akan dengan mudah melepaskan Airlangga dengan mengganti ketua umum partai, seperti yang terjadi pada Setya Novanto. Oleh karena itu posisi Golkar dalam KIB hanya dicoba diarah arahkan, namun tingkat keberhasilannya tergantung pada kepentingan Golkar sendiri. Golkar menempatkan posisinya berdasarkan kepentingannya sendiri.

Gerindra, meskipun Prabowo secara historis berusaha mendekat pada PDIP, namun Gerindra bukan partai yang dapat ditekan tekan oleh siapapun. Tekanan yang luar biasa berat pada Prabowo ketika dua kali maju pilpres sebelumnya, tidak mampu menggoyahkan Prabowo. Namun usaha Prabowo mendekat ke PDIP tidak berhasil.

Meskipun Prabowo masuk dalam kabinet Jkw, namun nampak sebagai startegi Prabowo mendekat ke PDIP. Oleh karena itu tidak dalam kendali Jokowi. Tampilan Prabowo yang memuji muji Jkw hanya bentuk sopan santun politik sekaligus bagian dari upaya mendekat ke PDIP. Ketika PDIP ternyata tidak memberikan timbal balik sesuai yang diharapkannya maka Prabowo kembali pada posisi dasarnya.

Prabowo mampu membentuk koalisinya sendiri bersama PKB yang tidak berada dalam kendali Jokowi.

PKB, mampu membaca dan menempatkan diri secara cerdik dengan menempel posisi Gerindra dan kemandirian Prabowo. Muhaimin secara cerdik memanfaatkan Prabowo sehingga berada pada posisi bebas. Jika Muhaimin dianggap punya masalah, namun dengan menempel erat Prabowo membuat posisinya tidak ada yang berani mengganggu.

Ketergantungan Gerindra terhadap jumlah kursi PKB membuat Muhaimin berada posisi aman. Mengganggu Muhaimin menjadi identik mengganggu Prabowo. Jika ada upaya paksa mempermasalahkan Muhaimin bisa membuat Prabowo meradang dan jika dia marah, bisa membuatnya mengambil langkah yang semakin jauh atau bahkan keluar dari komunikasi dengan Jokowi.

Nasdem, terbukti sebagai partai yang kuat dari bentuk tekanan apapun.  Sangat mungkin hal itu karena posisi Surya Paloh yang tidak menjadi ordinat Jokowi meskipun Nasdem dua periode mensuport penuh koalisi Jokowi.  Oleh karena itu, Surya Paloh dan Nasdem dengan tatag dan kepercayaan diri yang kuat mengusung Anies yang dianggap sebagai satu satunya orang yang kuat dan tidak tergoyahkan menghadapi tekanan politik kekuasaan. Terbukti dengan adanya upaya politik dan hukum untuk menjatuhkan Anies, namun tidak mampu menggoyahkannya. Upaya menjatuhkan Anies justru semakin membuktikannya sebagai orang yang bersih dari skandal apapun.

PDIP adalah partai terbesar yang menjadi pemilik golden share presiden.

Dengan demikian, dalam koalisi pemerintah, partai yang berada dalam kendali penuh presiden adalah PPP dan PAN.