Gerindra telah Berubah Jadi Partai “Pembenci Islam”?

Di tahun politik ini banyak hal yang mengejutkan dan menampakkam sosok aslinya. Mulai dari para penjilat rezim yang terus memutar balikkan fakta, parpol-parpol yang tidak punya harga diri dan martabat karena lebih berorientasi urusan dunia sehingga tunduk pada oligarki taipan, berubahnya sahabat yang ingin menjatuhkan temennya sendiri, sampai kepada partai yang dulu dikenal membela Islam sekarang menjadi pembela rezim zhalim.

Ada lagi partai yang dulunya minta dukungan para ulama dan umat Islam, tapi sekarang malah bersekutu dengan rezim zhalim, yaitu Partai Gerindra.

Paling tida ada tiga kejadian yang membuat tanda tanya bagi orang-orang yang dulu mendukung Gerindra :
1. Masuknya Ferdinan Hutahean dan Permadi Aria (Abu Janda) ke Gerindra
2. Pernyataan Iwan Setiawan (Plt. Bupati Bogor) yang siap injak Al-Quran
3. Pernyataan Prabowo bahwa kepemimpinan Jokowi berhasil dan jika kelak jadi Presiden dia akan melanjutkan program-program Jokowi.

Mari kita ulas secara sederhana :

Pertama, Masuknya Ferdinan Hutahean dan Abu Janda

Kedua manusia ini sudah dicap sebagai buzzer rp yang kerjaannya (untuk) memusuhi Islam (garis lurus), umat Islam garis lurus, dan bacapres Anies Baswedan. Apakah masuknya Ferdinan dan Abu Janda hanya suatu kebetulan, atau ada skenario di balik itu. Apa pun skenario itu, bergabungnya Ferdinan dan Abu Janda simulut berbisa ke Gerindra dipastikan tidak akan menaikkan elektabilitas sama sekali, yang bakal terjadi adalah “makin menjauhnya” para pemilih Muslim dari Gerindra. Baik Ferdinan maupun Abu Janda telah berkali-kali menyakiti umat Islam dengan statemen-statememnya yang menyesatkan dan rasis. Seandainya Abu Janda ini tidak dilindungi rezim, seharusnya sudah diproses hukum. Tapi kenapa dia selalu lolos dari jeratan hukum ?

Kedua, Pernyataan Plt Bupati Bogor, Iwan Setiawan yang siap injak Al-Quran

Walaupun Iwan sudah menyatakan minta maaf, tapi isi substansinya sudah tersebar ke mana-mana, dan ucapamnya sangat menyakiti Allah, Malakat, alam semesta, dan umat Islam seluruh dunia. Bagaimana bisa dia akan meminta maaf kepada semua umat Islam di seluruh dunia secara lahir dan batin ?

Jika dia tidak melakukan taubatan nasuuhaa kepada Allah, semoga kita bisa menyaksikan bagaimana adzab Allah yang bakal diterimanya di dunia dan akhirat.

Pernyataan Iwan Setiawan dilakukan secara sadar sehingga syarat diberlakukannya hukum berlaku secara penuh baginya. Substansi pernyataan Iwan ini termasuk kategori penodaan agama (menghina dan merendahkan firman Allah sama dengan menghina Allah), yang terkena delik hukum dan harus diproses hukum. Bahkan dalam Islam perbuatan seperti itu bisa dihukum bunuh karena telah menghina Allah. Semoga aparat hukum menangkap dia dan bisa menegakkan hukum seadil-adilnya.

Ketiga, tentang pernyataan Prabowo yang memuji keberhasilan Jokowi kepemimpinan dan akan melanjutkan program-program Jokowi.

Apakah pernyataan itu hanya sebuah satire, hiperbola, atau realitas ? Jika itu sebuah satire (sindiran) berarti yang terjadi adalah kebalikannya, sebagai sebuah siasah untuk “mengelabui” lawan. Berhabungnya Prabowo kedalam pemeri tahan Jokowi, termasuk puja-pujinya, bisa jadi itu sebuah siasah saja.

Benarkah pendekatan Prabowo kepada rezim Jokowi hanya sebuah siasah (strategi)? Wallahu a’lam.

Jika pernyataan Prabowo sesuai dengan kenyataan (realitas), berarti Prabowo memang sudah berubah haluan dari ‘oposisi’ menjadi pendukung atau bahkan bagian dari rezim itu Jokowi. Jika itu yang terjadi, tidak akan ada lagi terjadinya perubahan, padahal yang diinginkan rakyat adalah perubahan. Dalam kacamata rakyat, kepemimpinan Jokowi itu gagal dalam hampir semua aspek kehidupan. Jadi apanya yang harus diteruskan : hutangnya, infrastruktur yang tidak pro rakyat, ekonomi yang tidak bertu.buh, PHK massal, BBM yang terus naik, harga bahan pokok yang melambung, beras dan garam yang terus impor, pajak yang menjerat rakyat, KKN yang merajalela, atau hukum yang sudah jadi alat penguasa ? Apanya yang mau dilanjutkan Prabowo ?

Mengamati dari sisi lahiriah, Prabowo memang sudah masuk kedalam IQ 200 sekolam, sama seperti para buzzer rp yang terus menuji-muji rezim Jokowi yang pembohong dan penipu rakyat.

Jadi tidak heran jika Gerindra sekarang welcome terhadap orang-orang seperti Iwan Setiawan, Ferdinan Hutahean dan Abu Janda. Mereka para penista Islam dan Umat Islam yang lurus. Bagi umat Islam (yang lurus) mereka itu tidak lebih berharga dari sampah. Karena sampah masih bisa didaur ulang jadi pupuk atau barang lain yang bermanfaat. Tapi para penista Islam, mereka bukan saja sesat tapi juga menyesatkan manusia yang lain.

Semoga rakyat tidak salah pilih dalam memilih partai maupun sosok calon presidennya agar kita tidak terperosok ke lubang yang sama berkali-kali.

Bandung, 8 Sya’ban 1444
Sholihin MS