Habib Umar Alhamid: Siapa Bilang Kami bukan Pribumi, Kami Ikut Memiliki NKRI

Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Al-Hamid menyebutkan siapa bilang kami bukan pribumi (pribumi keterunan arab-red) tapi kami juga ikut memiliki NKRI.

Karena kami lahir dan besar direpublik ini, dan kami turut menjaga merawat, melindungi, memperjuangkan dan memerdekakan bangsa ini dari para penjajah.

“Penyebutan Anies bukan pribumi merupakan upaya adu domba antar anak bangsa. Sepertinya ada upaya memecah belah bangsa Indonesia menjelang Pemilu 2024 dengan isu SARA,” ujar Habib Umar kepada wartawan, Sabtu (25/2/2023).

Menurutnya, Keturunan Arab menganut asas kewarganegaraan ius soli: di mana tempat lahir, di situlah tanah airnya. Indonesia bagi warga keturunan Arab adalah tanah air dan mereka wajib bekerja untuk tanah air dan masyarakat Indonesia. Di antara kewajiban untuk tanah air adalah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pandangan ini ditulis oleh AR Baswedan, kakek dari Anies Baswedan dan Novel Baswedan di Koran Harian Matahari pada tanggal 1 Agustus 1934, 11 tahun sebelum Indonesia merdeka. Dan pada tanggal 4-5 Oktober 1934 para pemuda keturunan Arab berkumpul di Semarang dan bersumpah “Tanah Air kami satu, Indonesia”. Sejak itu semangat mereka tidak lagi semangat kearaban, tapi semangat keindonesiaan.

Dikatakan Habib Umar, tudingan warga keturunan arab bukan pribumi sangat tidak beralasan karena hingga saat ini mereka telah banyak memberikan sumbangan bagi Bangsa Indonesia. Seperti para wali (Wali Songo-red) yang memberikan banyak kontribusi bagi penyebaran Islam secara damai di Indonesia. Pangeran Diponegoro yang begitu gigih dalam perang padri melawan Belanda dan banyak lagi para pejuangan yang memiliki darah timur tengah. Dan bahkan telah dinobatkan sebagai pahlawan bangsa negeri ini.

“Hal itulah yang selama ini telah dilakukan Anies Baswedan dengan memberikan kontribusi nyata untuk bangsa dan negara ini. Selain kami ikut berjuang sebagai pribumi, kamipun ikut memiliki NKRI,” tegas Habib Umar.

Lebih jauh Habib Umar meminta untuk mengakhiri dan menyerang semua bakal calon presiden dengan isu SARA karena sangat tidak produktif untuk demokrasi dan kemajuan bangsa ini. Semua pendukung bakal calon presiden harus memperlihatkan rekam jejak yang baik dari orang yang akan didukungnya.

“Saling berlombalah memperlihatkan kebaikan masing-masing bakal calon presiden. Jangan malah caci maki dan saling serang yang berujung pada perpecahan antar anak bangsa,” katanya.