Banyak Korupsi, Nusantara Centre: Melupakan dan Mengkhianati Pancasila

Korupsi yang melanda bangsa Indonesia karena para pejabatnya melupakan dan mengkhianati Pancasila. Para pejabat hanya menjadikan Pancasila sebagai slogan saja tetapi tidak dipraktikkan secara nyata.

“Mengapa makin tua negara ini makin banyak korupsi (KKN) di sekitar kita? Karena kita semua dalam bernegara melupakan dan bahkan mengkhianati dasarnya yaitu Pancasila,” kata Ketua Nusantara Centre Yudhie Haryono kepada redaksi www.suaranasional.com, Jumat (10/2/2023).

Kata Yudhie, bangsa Indonesia tak mampu menghadapi agresi domnasi asing karena telah mengkhianti Pancasila. “Mengapa kita makin tak berdaya menghadapi agresi, invasi dan dominasi bangsa asing? Jawabannya sama. Melupakan dan mengkhianati Pancasia,” ungkapnya.

Ciri utama negara pancasila itu anti korupsi, anti kolusi dan anti nepotisme. Negara pancasila itu anti penjajahan dan cinta perdamaian. Dengan demikian, berpancasila itu is not a status symbol or level in expertise, but it is mentality, is a spirit, is a way of life, is a wisdom, so get it, is just the matter of time if you have ready for all requirements.

“Karena itu, setidaknya mereka yang berpancasila dan berindonesia menjalankan lima wawasan dalam hidupnya. Pertama, wawasan ketuhanan. Satu wawasan yang sering disempitkan, padahal maha luas. Saking luasnya bahkan air laut yang dijadikan tinta tak akan cukup untuk menuliskannya. Wawasan yang sering ditaruh di sudut-sudut comberan karena butuh mental atlantik untuk menerapkannya,” paparnya.

Baca juga:  Menag akan Beri Penataran Nasionalisme untuk Ustadz, Eks Ketum PB HMI: Ajari Ikan Berenang

Pancasila menghibridasi Barat dan Timur bahkan kapitalis dan komunis karena merupakan hogere optrekking (kenaikan kapasitas subtantif) yang memiliki lima kaki: spiritualis, intelektualis, kapitalis, sosialis, humanitas. Di dalamnya ada hasrat keyakinan, kepengetahuan dan kebertindakan secara serempak. Dunia barat berhutang dari Pancasila karena mencuplik sebagian untuk membangun negaranya. Pada sisi lain, kebanyakan kita lupa dan mengkhianatinya.

“Hibridasi ini terkait pada sosio-religius, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Ia berpijak pada tiga poros: theo-antro-eco centris (periketuhanan, perikemanusiaan dan perilingkungan yg resiprokal kritis). Dus, ia tidak khas dan genuin dari Indonesia pada awalnya melainkan hasil persemaian yang panjang sebagai taman saripatinya dunia. Sebagai taman dunia, apakah yang tak ada di Indonesia? Sebab segala sesuatu yang ada di dunia dapat ditemukan di sini,” pungkasnya.

Baca juga:  Petaka Datang setelah UUD 45 Diubah