Memahami Politik Zigzag Surya Paloh

Politikus kawakan mantan pengurus Golkar ini bisa bikin pening dan tanda tanya banyak orang. Pasalnya, manuver-manuvernya seolah mendua dan bikin khawatir orang-orang yang sudah kadung mendukungnya. Walaupun demikian, Surya Paloh adalah orang yang berintegritas, kokoh pendirian, dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain, apalagi oleh survey-survey akal-akalan. Ketika dia sudah memilih satu pilihan, pasti akan dipertahankan mati-matian.

Ada kalanya SP harus melawan arus. Dan pilihannya kadang bertentangan dengan pandangan umat Islam. Ketika Anies-Sandi berhadapan dengan Ahok-Jarot di Pilgub DKI, SP malah mendukung Ahok-Jarot, tentu dengan pertimbangan tertentu. Demikian juga di Pilpres 2014 dan 2019, SP bersama Nasdem mendukung Jokowi-JK dan Jokowi-Ma’ruf Amien. Umat Islam telah mencapnya sebagai pendukung penista agama. Tapi itulah Surya Paloh, ketika sudah menentukan pilihan kepada seseorang, dia sangat tidak peduli kepada “ocehan” orang lain, sebanyak apa pun ocehan itu. Penulis sendiri termasuk orang yang bukan saja benci dia, tapi sangat geram dengannya dan partai Nasdem.

Makanya ketika SP Paloh menjatuhkan pilihan kepada Anies, segudang teka-teki mincul dalam benak saya. Kebanyakan umat Islam juga masih ragu terhadap iktikad baik SP. Kalimat yang muncul: “Jangan-jangan ada udang di balik batu…” selalu muncul di benak banyak umat Islam. Tapi sebagai umat Islam kita diajarkan untuk tidak boleh suuzhann. Orang tentu bisa berubah. Seperti nasihat IB HRS ketika penulis ikut tausiyah di Petamburan, kita tidak boleh men judge seseorang selamanya akan dalam keadaan seperti itu. Jika seseorang sudah berubah (bertaubat), maka yang kita nilai adalah perubahannya saat ini, bukan masa lalunya. Kita harus selalu husnuzhann kepada siapa pun, apalagi jika tindakannya saat ini (srcara zhahir) justru lebih condong kepada kebenaran. Tidak ada manusia yang tidak punya masa lalu.

Baca juga:  Silat Politik Surya Paloh

Ketika pada akhirnya SP dan Nasdem mencapreskan Anies, dan seperti kata SP akan monsekuen dan konsistem terhadap pilihannya, tidak ada cara lain kecuali harus disikapi dengan husnuzhann. Karena Anies hanya akan didukung oleh orang-orang yang berakal dan baik. Saya ber- husnuzhann kalau SP sudah berubah. Dan seperti sudah saya sebut di atas, jika SP sudah memutuskan, maka pasti akan dia pertahankan.

Ternyata, pilihan SP terhadap Anies masih belum bisa meyakinkan para pendukung Anies, apalagi para Anies haters seolah mendapat kesempatan untuk ‘meledek” Anies. Saya sendiri yakin akan keseriusan SP untuk berubah kearah perubahan yang lebih baik. Saya yakin SP sudah melihat dan mengalami langsung bagaimana rusaknya rezim Jokowi sehingga SP menyatakan dukungannya terhadap rezim Jokowi hanya sampai 2024. SP bersama Nasdem sudah siap berganti haluan dan akan untuk all out nendukung Anies.

Kepetusan SP untuk mencapreskan Anies telah mengagetkan banyak pihak. Apalagi, kata Jokowi, SP ini tidak minta “restu” dulu dari Jokowi, padahal Anies boleh dibilang “musuh” politik bagi Jokowi.

Dengan keputusan Nasdem mencapreskan Anies secara resmi pada tanggal 3 Oktober 2022, Anies hampir dipastikan akan maju sebagai capres, walaupun Demokrat dan PKS belum ada tanda-tanda akan deklarasi. Karena kunci pencapresan Anies ada di Nasdem. PKS dan Demokrat dari awal juga hampir dipastikan mendukung Anis. Soal deklarasi tinggal tunggu moment yang tepat.

Kenapa pendeklarasian PKS dan Demokrat sangat lambat? Karena belum disepakatinya siapa yang akan jadi cawapres. Nasdem menginginkan Andika dan Khofifah, PKS mengajukan Aher, sedangkan Demokrat mengajukan AHY. Terjadi tarik ulur yang cukup alot. Bersyukur, dengan kebijakan dan kebesaran hati dari Demokrat, pada tanggal 26 Januari 2023 Demokrat secara resmi mencalonkan Anies sebagai capres. Tidak lama berselang disusul oleh PKS yang juga mencalonkan Anies. Dengan telah dideklarasikannya Anies oleh Nasdem, Demokrat dan PKS berarti syarat ambang batas (PT) 20% telah terpenuhi (mencapai 28% lebih) dan sekaligus rintangan penentuan cawapres sudah teratasi tidak lagi harus AHY atau Aher. Pilihan cawapres masih dinamis, tapi kemungkinan pilihannya jatuh kepada Khofifah dengan berbagai pertimbangan dan perhitungan.

Baca juga:  Anies, Melamar atau Dipinang Partai Politik?

Setelah ketiga partai koalisi perubahan secara resmi telah mencapreskan Anies, membuat capres lain jantungan dan para surveyor bayaran (abal-abal), para buzzer rp, dan pembenci Anies langsung mati kutu dan gigit jari, padahal semula, semua mereka yakin Anies tidak akan bisa maju nyapres.

Oleh karena itu, setelah Anies resmi jadi capres partai koalisi, apa pun juga manuver-manuver Surya Paloh yang terus menemu elit partai lain, yaitu Ketum Gerindr, PKB, Golkar, menemui Luhut, dan Jokowi tidak akan mengganggu komitmen koalisi perubahan. Bahkan dalam waktu dekat mungkin SP akan mengunjungi Ketum PDIP, Megawati.

Seperti yang disampaikam oleh Ketua Nasdem Willy Aditya yang masuk kedalam tim kecil bersama dua partai lain, dia berkata menanggapi manuver Surya Paloh : Tidak ada langkah mundur. Sekali layar terkembang, tidak mungkin akan surut kembali.

Jadi untuk tujuan apa SP menemui Prabowo, Muhaimin, Airlangga, Luhut, dan Jokowi ? Pastinya bukan untuk melemahkan apalagi membatalkan kesepakatan koalisi perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

Bagi para pembenci Anies, silakan kalian menggonggong dengan sekeras-kerasnya, tapi kafilah akan tetap berlalu (melaju). Ingat, 2024 adalah milik Anies Baswedan yang akan membawa Indonesia menuju negeri yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafuur, negeri yang diberkahi, maju, berdaulat, maju, aman, sejahtera, adil, makmur.

Aamiin Ya Rabbal’aalamiin

Bandung, 24 Rajab 1444
Sholihin MS