Direktur Eksekutif Charta Politika Mempertanyakan Asal Keturunan Anies Baswedan

Anies Baswedan sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) dipertanyakan asal keturunannya oleh sebagian orang menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

“Mas Anies keturunan jg gak?” tanya Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya di akun Twitter-nya @yunartowijaya, Selasa (28/12/2022).

Yunarto mengatakan seperti itu menanggapi akun Twitter @Bijipot: “loh bukan asli wni…loh keturunan cina…cuma perusak loh…bikin survie abal2.blm kena demo loh…”

Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan yang merupakan pejuang kemerdekaan, diplomat, dan sastrawan Indonesia.

AR Baswedan lahir di Surabaya, 9 September 1908, dan merupakan peranakan Arab  yang kala itu masuk dan golongan Timur Asing.

Ia merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pernah menjabat Wakil Menteri Muda Penerangan RI Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota Parlemen, serta anggota Dewan Konstituante.

Dalam AR Baswedan: Membangun Bangsa, Merajut Keindonesiaan karya Suratmin dan Didi Kwartanada, pada masa Hindia Belanda, etnis Arab terbagi menjadi dua golongan, yaitu sayid dan non-sayid. Kedua golongan ini kemudian mengorganisasikan diri menjadi Ar Rabitah (sayid) dan Al Irsyad (non-sayid). Awalnya, hanya ada satu organisasi yaitu Jamiat Khair yang didirikan pada 7 Juli 1905.

Namun, karena perbedaan paham, Jamiat Khair terpecah. Al Irsyad didirikan pada 1915 yang memperjuangkan bahwa non-sayid sama derajatnya dengan sayid. Sedangkan Ar Rabitah Al Alawiyah didirikan pada 28 Desember 1928 yang bertujuan untuk mempertahankan garis keturunan sayid.

Selain terbagi menjadi sayid dan non-sayid, orang arab di Hindia Belanda juga terbagi menjadi golongan Arab asli (Wulaiti atau totok) dan kaum keturunan Arab (Muwalad atau peranakan). Kaum Arab totok lahir dan besar di negeri Arab biasanya dari Hadramaut. Sedangkan kaum Arab peranakan biasanya berdarah campuran serta lahir dan dibesarkan di Indonesia.

Kaum Arab totok membawa kemurnian Arab seperti sifat kearaban serta budaya aslinya. Lain hal dengan Arab peranakan yang banyak mengadopsi budaya Indonesia.

Perselisihan kemudian muncul perihal tanah air. Kaum Arab totok beranggapan bahwa mereka hanya merantau di Indonesia, sedangkan tanah air mereka tetaplah Hadramaut. Sementara Kaum Arab peranakan berpendapat bahwa tanah air mereka adalah Indonesia.

Hal inilah yang mendorong AR Baswedan untuk mendirikan persatuan yang dapat menjadi pemersatu, Persatuan Arab Indonesia atau kemudian disebut Partai Arab Indonesia (PAI).

Awal ide didirikannya Persatuan Arab Indonesia (PAI) oleh AR Baswedan berangkat dari prinsip pengakuan Indonesia sebagai tanah air bagi kaum Arab peranakan. Karena, menurut AR Baswedan, sebenarnya kaum Arab peranakan sendiri belum yakin perihal Indonesia sebagai tanah air.