Kasus Wanita Emas, Sastrawan Politik: Pemilu Jujur Hanya Mimpi di Siang Bolong

Pengakuan Hasnaini atau Wanita Emas berdasarkan pernyataan Ketua KPU Hasyim Asyari bahwa Ganjar didesain menjadi Presiden Indonesia menunjukkan pemilu di Indonesia terindikasi tidak jujur dan sudah ditentukan pemenangnya

“Kasus Hasnaeni Moein si Wanita Emas ini menjadi pertanda, bahwa Pemilu jujur itu rasanya hanya mimpi. Bahkan, mimpi yang terjadi di siang bolong,” kata Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (26/12/2022).

Khozinudin mengatakan, masyarakat akan mempertanyakan kinerja penyelenggara pemilu jika hasilnya sudah didesain dengan kecurangan.

“Untuk apa kita capek-capek kampanye kalau hasil akhirnya sudah ditentukan? Untuk apa kita capek-capek berdesakan menuju TPS memberikan suara untuk memilih pemimpin kalau hasil akhirnya sudah ditentukan?” jelasnya.

Baca juga:  Isu Pilpres 2024 Curang Jangan Keluar dari Substansi Masalah

Khozinudin mengatakan, nyanyian Hasnaeni soal ‘Gratifikasi Seks’ bisa saja dianggap angin lalu, karena dalam sistem sekuler yang super liberal dan hedonis saat ini, seks dan zina sudah seperti life style. Para politisi culas, sudah terbiasa berzina dan memberikan permakluman terhadap perzinahan.

Namun, ketika dikaitkan dengan verifikasi partai, semua partai yang tak lolos pun meradang. Nyanyian Wanita Emas menjadi konfirmasi adanya kecurangan, jauh sebelum Pemilu dilaksanakan.

“Apalagi, ketika beredar informasi Ganjar Erick yang akan dimenangkan. Rasanya, tidak ada lagi semangat untuk melakukan perubahan melalui Pemilu,” paparnya.

Baca juga:  Sirekap Bermasalah: Salah Input hingga Desain Algoritma Curang

Padahal, saat ini masyarakat sedang gandrung-gandrungnya pada sosok capres. Ingin sekali perubahan segera terjadi. Sejumlah relawan ini dan itu, sudah dibentuk disana sini.

Alhasil, upaya dan ikhtiar untuk memilih pemimpin baru, menjadi tidak bernilai karena hasil akhir Pemilu sudah ditentukan. Kita jadi ingat, ucapan terkenal Joseph Stalin yang dikutip ulang oleh Karni Ilyas, Presiden ILC: “Orang-orang yang memberikan vote (suara) tidak menentukan hasil dari pemilu. Namun orang-orang yg menghitung vote itulah yg menentukan hasil dari pemilu”