Pangkat Letkol Tituler Deddy Corbuzier Dikritik Peneliti Singapura

Deddy Corbuzier yang mendapat pangkat Letkol Tituler telah melukai para prajurit yang telah mengorbankan nyawa untuk bangsa dan negara.

“Jenjang kepangkatan tituler untuk Tuan Corbuzier ini juga membuat saya berpikir dalam: Apakah bangsa ini tidak sedang mengidap “celebrity worship syndrome”? Ini adalah bentuk “obsessive addictive disorder” dimana masyarakat dibikin sangat penasaran akan hidup personal seorang seleb. Dengan kata lain, obsesi dan ketagihan terhadap hidup selebriti,” kata Peneliti ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura Made Supriatma di akun Facecbook-nya.

Kata Made, seorang prajurit yang melalui pendidikan Bintara akan sulit mendapat pangkat Letkol.

“Yang menyedihkan untuk saya adalah ketika mengingat bagaimana seorang prajurit TNI membangun karirnya. Kalau Anda masuk TNI lewat jalur pendidikan Bintara, Anda akan tahu betapa sulit dan berlikunya jalan untuk mencapai pangkat Letnan Kolonel. Atau, mungkin Anda tidak akan pernah sampai ke jenjang itu,” papar Made.

Menurut Made, di militer untuk mendapatkan pangkat bukan dengan sulap tetapi dengan latihan dengan penempatan tugas di daerah konflik.

“Jenjang kepangkatan itu dicapai dengan darah dan air mata. Lewat latihan-latihan berat dan operasi-operasi militer dimana taruhannya adalah nyawa. Dan kita tahu, nyawa bukanlah sulap,” paparnya.

Juru bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan alasan dan pertimbangan dipilihnya Deddy Corbuzier sebagai letkol tituler.

“Mengapa ini diberikan kepada sosok Deddy Corbuzier, ini kan yang sering ditanyakan kepada saya. Dalam hal ini, Deddy sudah punya engagement seputar itu, dengan TNI, dengan Kementerian Pertahanan cukup lama. Deddy banyak terlibat dalam kegiatan komponen cadangan, misalnya, kemudian banyak terlibat kegiatan-kegiatan Kementerian Pertahanan dan TNI,” kata Dahnil kepada wartawan, Rabu (14/12/2022).

Dahnil mengatakan Deddy dinilai memiliki kapasitas yang tidak dimiliki oleh prajurit maupun perwira TNI. Menurut Dahnil, kapasitas tersebut, dalam bidang komunikasi, khususnya di media sosial.

“Berangkat dari situ, Deddy punya kapasitas yang tidak dimiliki oleh banyak prajurit dan perwira TNI, apa itu? Deddy ini memiliki kapasitas di komunikasi, terutama di social media. Era modern mengharuskan kita memasifikasi komunikasi di banyak platform, salah satunya adalah media sosial. Dan kemampuan Deddy, kapasitas Deddy, ini sangat dibutuhkan oleh TNI oleh Kementerian Pertahanan, di mana prajurit dan perwira TNI tidak banyak yang memiliki kapasitas seperti Deddy ini,” ujar Dahnil.

“Oleh karena itulah, Deddy dianggap sangat dibutuhkan oleh TNI untuk membantu tugas-tugas sosialisasi Kementerian Pertahanan, sosialisasi tugas-tugas TNI untuk mengamplifikasi kebijakan TNI kepada publik, terutama di platform-platform yang selama ini Deddy sangat unggul di situ,” sambungnya.