Pemerhati Sosial & Politik: Takut Popularitas Terus Meningkat, Rezim Jokowi Membabi Buta Jegal Anies

Rezim Joko Widodo (Jokowi) membabi buta menjegal Anies Baswedan agar popularitas mantan Rektor Universitas Paramadina, Jakarta itu menurun. Rezim ini diduga berupaya menghalangi kehadiran Anies di Munas KAHMI termasuk hadir di Muktamar Al Irsyad di Purwokerto.

“Kasus ketidakhadiran Anies di Muktamar Al-Irsyad di Purwokerto, malah digantikan Ganjar. Diduga ada intervensi istana (Jokowi) yang takut Anies semakin populer. Padahal undangan untuk Anies sangat tepat, selain keluarga beliau merupakan bagian dari Al-Irsyad, juga Anies diminta untuk menjadi salah satu pembicara di forum tersebut,” kata pemerhati sosial & politik Sholihin MS kepada redaksi www.suaranasional.com, Rabu (30/11/2022).

Kata Sholihin, beribu cara rezim Jokowi untuk menjatuhkan Anies dengan tuduhan politik identitas, intoleran, gubernur gagal, terlalu banyak omong kurang kerja, mengkorupsi dana proyek, pendukung khilafah, HTI dan NII, sampai kepada framing rasis tentang leluhurnya yang Arab dan lain-lain.

“Semuanya mental tuh. Anies tetap dielu-elukan rakyat. Ke mana pun dia berkunjung rakyat sangat antusias menyambutnya, terutama emak-emak,” ungkapnya.

Sholihin mengungkapkan Anies adalah sosok yang diidolakan rakyat sebagai seorang pemimpin yang lengkap: orangnya tampan dan cerdas, selalu senyum dan tidak pernah marah, pribadinya yang santun dan bersahaja, sangat jujur dan peduli, sangat toleran dengan kaum yang berbeda agama dan pemahaman, sangat kreatif dan inovatif, selalu punya gagasan yang brilian, mampu berkomunikasi dengan pemimpin dunia karena cakap berbahasa Inggris, dan tentu saja orangnya saleh dan taat kepada Allah.

“Semua itu yang menjadikan Anies sebagai pemimpin idola bukan saja bagi yang Muslim, tapi juga yang nonmuslim. Bukan saja bagi emak-emak, tapi juga bagi bapak-bapak. Bukan saja bagi para orang tua, tapi juga kaum milenial. Bukan saja bagi kaum menengah ke atas, tapi juga bagi para buruh dan rakyat jelata. Bukan saja bagi warga sipil, tetapi juga para anggota TNI baik yang masih aktig maupun yang sudah purnawirawan. Bukan saja bagi para dosen, doktor, dan profesor, tapi juga bagi para mahasiswa,” papar Sholihin.

Jika Jokowi akan memaksakan perpanjangan 3 periode yang melanggar konstitusi, seluruh rakyat akan menghabisinya.

“Termasuk para cucunguk penjilat rezim, para anggota DPR pendukung kezhaliman, para pengendali lembaga negara korup, dsn bisa saja para oligarki hitam taipan China komunis jugs akan menjadi sasaran amuk massa,” pungkas Sholihin.