Kajian Politik Merah Putih: Kedekatan Rezim Jokowi dengan China Diikuti Masifnya Islamophobia di Indonesia

Rezim Joko Widodo (Jokowi) yang dekat dengan China diikuti masifnya Islamophobia di Indonesia seperti penangkapan Habib Rizieq Syihab (HRS) dan ulama lainnya.

“Kedekatan Jokowi dengan China, dan masifnya Islamphobia di Indonesia. AS tahun 2020 cabut Islam sebagai ancaman teroris (UU Islamophobia dicabut). Sementara Islamophobia di Indonesia masih berjalan dengan membabi-buta,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Senen (17/10/2022).

Islamophobia di Indonesia, kata Sutoyo dengan adanya kriminalisasi ulama dan tokoh agama. “Kriminalisasi tokoh agama dan ulama chiri khas kerja komunis, membuat stabilitas negara bisa goyah,” tegas Sutoyo.

Kata Sutoyo, kedekatan Indonesia ke China tentu membuat marah AS. Apalagi saat terjadi konflik Laut China selatan memanas, Indonesia mengelak saat diajak konsolidasi dengan AS . Wajar AS tambah murka.

Baca juga:  Dalam Menghadapi PKI Rezim Jokowi tak Segarang ke Teroris, Ada Apa?

Dampaknya AS tidak mau melayani Indonesia ( kedatangan Presiden Jokowi ) secara protokoler ketika pertemuan AS – ASEAN di Washinton DC pada 12-13 Mei 2022. Tampak berbeda saat AS melayani kepala negara ASEAN dengan penyambutan protokoler resmi. Kondisi ini terbaca oleh semua negara dan sangat memalukan.

“Saat ini IMF melarang cetak uang, dan Indonesia kesulitan / megap megap mengatasi likuiditas APBN,” tegasnya.

Saat bersama, menurut Sutoyo AS dan China tidak akan membantu problem ekonomi dan krisis keuangan Indonesia. Kondisi ini pasti akan ada “cross” terjadinya krisi politik dan ekonomi dalam waktu dekat.

“Langsung atau tidak langsung kondisi ini akan menjadi ancaman Jokowi bisa jatuh lebih cepat di ahir 2022 atau awal 2023,” papar Sutoyo.

Baca juga:  KGJBK Desak Jampidsus Periksa Jhonny G Plate sebagai Menkominfo

Terpantau beberapa pejabat negara terus memberikan sinyal bahwa Indonesia akan masuk pada cuaca gelap di tahun 2023. Realitas kondisi Indonesia masuk pada posisi paling lemah akibat pertemuan antara tekanan politik dan krisis ekonomi, sangat besar kemungkinannya menjadi faktor dominan jatuhnya Rezim Jokowi.

“Dalam penyelenggaran/ pengaturan negara saat ini nampak makin otoriter, otomatis akan memantik perlawanan rakyat akan makin membesar. Indonesia tanpa perlindungan baik dari China atau AS ambruknya negara ini makin dekat,” pungkasnya.