Pemerhati Politik dan Kebangsaan: Jokowi telah Menjadi Bebek Lumpuh

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tidak berdaya menjelang akhir jabatannya. Berbagai kebijakan Jokowi banyak ditentang rakyat. Secara de facto Jokowi sudah bukan presiden lagi di mata rakyat Indonesia.

“Jokowi telah menjadi bebek lumpuh sekarang. Dua tahun lagi akan mengakhiri masa jabatannya. Berat menghadapi masa senja kekuasaan,” kata Pemerhati Politik dan Kebangsaan Rizal Fadillah kepada redaksi www.suaranasional.com, Senen (26/9/2022).

Menjelang turun dari jabatan presiden, kata Rizal, Jokowi tertatih-tatih mengambil kebijakan tidak ajeg. Setelah menaikkan harga BBM yang mengguncangkan disusul dengan menerbitkan Keppres No. 17 tahun 2022 penyelesaian non yudisial pelanggaran HAM berat masa lalu.

Kata Rizal, kepemimpinan kolektif yang kehilangan wibawa adalah kumpulan bebek lumpuh. Ditandai marak nya kasus hukum para pejabat publik, etika dan moralitas yang merosot, praktek korupsi di setiap tingkat, gaya hidup mewah yang menciptakan kesenjangan, serta kepatuhan keagamaan yang memprihatinkan. Dirigen yang salah dalam mengarahkan stik ritme orkestra. Jadinya berisik. Ngak ngik ngok.

“Pemerintahan yang sudah seperti bebek lumpuh ini akan cepat berubah. Digantikan oleh keadaan dan kepemimpinan yang lebih segar. Kepemimpinan yang tidak memperlakukan rakyatnya seperti bebek yang dimobilisasi dan digiring ke sana ke sini. Antri dan bergerombol untuk mendapatkan BLT yang merusak martabat privasi hanya karena kebutuhan,” jelas Rizal.

Menurut Rizal, bebek lumpuh (lame duck) itu mungkin berpenyakit. Pemimpin yang berjalan tertatih tatih. Repot dan merepotkan.

Rakyat sering diperlakukan seperti bebek yang harus ikut segala kebijakan penguasa. Dipaksa untuk mengantri dan bergerombol. Diawasi oleh petugas saja, sementara “pemilik” kekuasaan tidak peduli, ia atau mereka tidak berada ditempat, berjalan-jalan. Menghindari persoalan atau pergi untuk urusan yang tidak berhubungan dengan dagangan yang membuat rakyat antri dan bergerombol.

“Sebenarnya penguasa yang tidak mampu memimpin adalah bebek lumpuh (lame duck) yaitu politikus yang segera pergi (outgoing politician) dan di saat ia akan digantikan oleh penerusnya maka pengaruh dirinya berangsur berkurang. Tetapi ia tetap berusaha mengambil keputusan walaupun keputusan itu kontroversial. Bebek lumpuh berusaha berjalan di tengah runtuhnya pengaruh kepemimpinannya,” pungkasnya.