Bonsai, Ekonomi Kreatif Untuk Kawula Muda

Bonsai disebut sebagai bagian dari ekonomi kreatif, hal tersebut atas dasar nilai ekonomi yang terkandung pada tanaman bonsai sangat besar. Melalui RUBI (Rumah Bonsai Indonesia) Cabang Lamongan, Lamongan turut serta aktif membudidayakan bonsai. Masih dalam rangkaian HJL ke 453 festival bonsai Indonesia digelar di Gedung Sport Center Lamongan, yang dibuka secara langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistyanto Dardak yang didampingi oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi dan Dirjen Dukcapil Kemendagri yang juga selaku Presiden Rumah Bonsai Indonesia Zudan Arif Fakhrullah, Minggu (5/6).

Pada kesempatan ini Emil mengungkapkan dukungannya pada kegiatan berbonsai untuk para generasi muda. Alasannya karena itu merupakan salah satu upaya untuk mengajak generasi muda menggemari bidang agro.

“Kita mendorong generasi muda untuk menggemari dan berperan dalam bidang pertanian atau agro. Mungkin dengan kegiatan berbonsai bisa mengawali kegemaran generasi millenial untuk ikut andil dalam bidang agro,” tuturnya.

Lebih lanjut Emil berpendapat tentang faktor yang mendasari minoritas kegemaran agro pada kalangan muda ialah adanya asumsi tidak prospek dalam hal ekonomi. Maka dari itu Emil percaya melalui bonsai para kawula muda masih berpeluang untuk bergabung dan berkreasi.

“Anak-anak kita meninggalkan bidang agro dengan landasan tidak prospek dalam hal ekonomi. Tetapi kita semua mengenal bonsai sebagai tanaman mahal, jadi itu bisa dijadikan sebagai daya tarik untuk mengajak mereka bergabung dalam berbonsai,” ungkap Emil.

Bupati Lamongan Yuhronur Efendi dalam sambutannya pada kesempatan tersebut mengatakan, bonsai menjadi bagian ekonomi kreatif yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, selain menyimpan nilai estetika. Sehingga kegiatan berbonsai diyakini mampu membawa dampak positif dalam bidang sosial khususnya untuk kawula muda.

“tidak hanya nilai ekonomi yang terdapat didalamnya, kegiatan berbonsai juga berdampak sosial yang baik terutama pada anak-anak muda atau generasi millenial, sehingga cinta pada bonsai menjadi punya kesibukan yang menghindarkan anak kita dari hal-hal negatif,” terang Pak Yes saapaan akrabnya.

Dikenalkannya bonsai untuk para generasi muda juga untuk memberikan pembekalan sejak dini terkait cara mengungkit ekonomi melalui hal-hal yang positif.

“Seperti yang dikatakan pada saat pelantikan organisasi Rubi cabang Lamongan, bahwa berbonsai bisa dimulai sejak remaja. Karena anak-anak muda bisa mulai membeli pohon dengan harga murah lalu dirawat menjadi bonsai indah yang sangat tinggi harganya,” tambah Pak Yes.

Sementara itu Zudan mengatakan kegiatan berbonsai merupakan kegiatan yang produktif dan positif. Karena selain dapat menyalurkan hobi juga dipastikan dapat dijadikan ajang mencari penghasilan yang besar.

“Berbonsai ialah kegiatan yang menghasilkan ekonomi besar dan menjanjikan. Semua itu bisa didapat dengan mulai menjadikannya sebagai hobi,” tutur Zudan.

Zudan menambahkan, dengan tagline “berkarya tanpa batas, berkreasi tanpa henti” Rubi adalah komunitas yang inklusif dan sangat relevan dengan karakter generasi muda.

“Komunitas bonsai ialah komunitas yang inklusif, kita mau menerima siapa saja asalkan mempunyai semangat yang sama. Dengan tagline tersebut, kami terus berkarya dan mengajak generasi muda,” pungkas Zudan.

Festival berskala nasional yang digelar pada 1-10 Juni 2022 ini diikuti oleh 500 peserta. Perlombaan dibagi menjadi 2 kelas, yakni silver dan gold. Sedangkan untuk penilaian calon juara pemenang akan diambil dari konsep tanaman yang diikutsertakan lomba. (Rinto Caem)