Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
“Kemenko Polhukam mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan”.
Menggelegar serangan maut Mahfud MD keistana – mengagetkan media sosial. Sekalipun dalam belantara politik wajar terjadi dalam pergolakan politik negara. Statement Mengkopulhukam tidak berdiri sendiri, dugaan kuat sebelumnya sudah ada koordinasi dengan kementerian di bawah koordinasnya bahkan sangat mungkin ada back up kekuatan politik yang lebih besar dari luar.
Kita kutip selengkapnya keluhan bernuansa kegalauan Mahfud MD : Sebuh video yang memperlihatkan Menko Polhukam RI Mahfud MD berbicara soal pemimpin di 2024 yang menurutnya harus bisa menyatukan bangsa, viral di media sosial. Viral usai diunggah pengguna Twitter BossTemlen, seperti dilihat pada Selasa 26 April 2022.
Kalimat tersebut masih datar dan normal sebagai Mengkopulhukam, Saat Jokowi selesai 2024 nanti, maka penggantinya harus orang kuat yang siap dalam mengelola dan mengendalikan negara .
Ternyata muncul statement lanjutan, lurus menyerang Presiden, sadar atau tidak ucapan atau statementnya membawa konsekuensi dengan segala resikonya :
Mahfud MD mengatakan bahwa negara ini hancur hancuran, gak maju-maju, Pak Jokowi pemimpin lemah tidak bisa menyatukan, tidak bisa memberantas / mengendalikan korupsi, kalau sudah begini di negara lain sudah di kudeta.
Lebih lanjut mengatakan – “yang harus kita pikirkan bangsa ini pemimpin 2024. Sudah pasti Pak Jokowi tidak lagi (menjabat). Menurutnya, pemimpin ke depan haruslah seseorang yang bisa menyatukan masyarakat dan tidak seperti pemimpin yang sekarang”.
“Pemimpin yang harus muncul itu pemimpin yang bisa menyatukan. Menjaga keseimbangan dan merekatkan, agar negara ini bisa maju, nggak kayak sekarang waduh mengerikan saya lihat”
Pertanda bukan saja Presiden dan kabinet sudah limbung, sebagai Mengkopulhukam seperti sudah menyerah atas keadaan negara yang carut marut. pengelolaan negara di bawah Presiden Jokowi telah gagal dan menimbulkan situasi yang mengerikan.
Selain itu, Mahfud MD juga membahas soal korupsi saat ini yang menurutnya sudah tidak terkendali. Butuh orang kuat. Ini (sekarang) korupsinya tidak terkendali. Korupsi merajalela di semua bidang dan kalangan. Ia menyatakan korupsi kini lebih gila daripada masa Orde Baru.
Ini artinya bahwa eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia usaha terjebak dalam kubangan korupsi. Korupsi yang semakin tidak terkendali. Arah tembakan Istana pun tentu tidak steril, sangat mungkin menjadi sarang atau sumber dari korupsi.
Hebatnya langsung menyerang Presiden yang melakukan pembiaran terjadinya korupsi yang merajalela sudah di luar kemampuan kendali pemerintah untuk mengatasinya.
Mahfud MD pun menilai penyakit masyarakat itu saat ini sudah menjangkiti semua sektor termasuk aparatur hukum, parlemen hingga birokrasi pemerintahan.
“Pengadilannya begitu, parlemennya begitu, birokrasi pemerintahannya begitu, pengusahanya begitu, semua bekerja dengan cara-cara itu (korupsi).
Pandangan Mahfud MD diatas membawa konsekuensi sebagai Menkopolhukam, Mahfud harus mengkoordinasikan kementerian atau instansi yang berada di bawah kendalinya untuk secepatnya melakukan operasi pembenahan besar-besaran. “Auranya Mahfud MD sendiri seperti sudah menyerah”.
Mahfud MD secara gentle sebaiknya segera mundur jika merasa sudah tidak mampu melakukan pembenahan apa-apa. Konsisten dengan ucapannya pernah mengingatkan Tap MPR No. VI tahun 2001 yang meminta agar pejabat yang merasa gagal untuk segera mengundurkan diri. Kalau tetap bertahan di Kabinet maka dirinya akan berada di simpang jalan berupa kubangan maut yang akan menenggelamkan dirinya untuk selamanya.
Saat bersamaan segera meminta Jokowi segera meletakkan jabatan untuk menghindari kerusakan bahkan kehancuran negara. Kesalahan tidak akan berubah karena perjalanan waktu ( Muhammad Abduh ) .
Waktu masih ada, sekiranya masih tetap di kabinet segera lalukan langkah berani koordinasi dengan kementrian langkah berani opsi ke Presiden perombakan sistem kelola negara sesuai amanah Pembukaan UUD 45. Atau mundur – lebih cepat lebih baik, bergabung dengan kekuatan rakyat untuk menyelamatkan Indonesia.
Sesungguhnya kebaikan memenuhi cahaya dalam hati, energi pada tubuh, dan cinta di hati makhluk. Sedang keburukan membawa kegelapan dalam hati, hitam dalam wajah, kelemahan pada tubuh, dan kebencian di hati makhluk ( Ibnu Taimiyah ).