PNKM: Asing Termasuk Negara China Mudah Menyusup di IKN Nusantara

Asing termasuk negara China sangat mudah menyusup di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim). Posisi IKN tepat di depan hidung jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II. Karena ALKI II adalah jalur internasional, maka setiap menit atau jam kapal yang berasal dari negara manapun akan melintasi perairan laut ALKI II yang sangat dekat ke Penajam.

“Mudahnya terjadi penyusupan asing/China melalui jalur internasional pada ALKI II, maka militansi perlawanan rakyat di Kaltim diperkirakan tidak akan seoptimal perlawanan rakyat di sekitar Jakarta,” Koordinator Poros Nasional Kedaulatan Negara (PNKN) Marwan Batubara kepada redaksi www.suaranasional.com, Rabu (2/3/2022).

Kata Marwan, jalur ALKI II juga sangat rawan menjadi pintu tikus masuk kapal asing. Apalagi Indonesia saat ini hanya mempunyai empat kapal selam. Tiga kapal selam baru buatan Korea Selatan ternyata juga miss production. Tidak layak tempur. Hal ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan TNI AL.

Baca juga:  Minta Batalkan HGB 3 Pulau Reklamasi, Forum Badja: Anies Membuat Investor Lari

“Kita hanya mempunyai empat kapal KRI anti kapal selam. Itupun harus bergantian wara-wiri keliling Indonesia yang luasnya tujuh juta km persegi. Radar bawah laut kita atau sonar bay, sistem radar antar selat, hanya terpasang 30 persen,” ungkapnya.

Sedangkan 70 persen lainnya rusak, jebol melompong. Malah menurut analisa intelijen, medan bawah laut kita lebih dikuasai oleh negara luar seperti China, Singapore, Australia dan Amerika.

Dengan kondisi hankam negara yang sangat bermasalah tersebut, Indonesia bisa saja memindahkan IKN berikut sistem hankamnya, termasuk berbagai fasilitas dan pangkalan militer ke Kaltim/Kalimantan. “Namun PNKN memperoleh informasi bahwa untuk itu dibutuhkan biaya yang sangat besar, yakni sekitar Rp 1700 triliun,” ungkapnya.

Baca juga:  JK Ingatkan Kondisi Ekonomi Sekarang Bisa Jatuhkan Jokowi

Marwan mengatakan, jika pemerintah tetap memaksakan diri memindahkan IKN tanpa membangun fasilitas hankam, maka itu artinya kedaulatan NKRI sedang dipertaruhkan.

“Pemindahan tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan bunuh diri. Atau mungkin saja IKN tetap dipaksakan pindah, karena ada sebagian oknum-oknum penentu pemerintahan, yang memang sangat berkeinginan agar lambat-laun NKRI dapat dikuasai dan dicaplok asing/China dengan mudah. Jika hal ini yang menjadi motifnya, maka TNI dan rakyat harus bersikap,” pungkasnya.