Lebih Baik Gugur Berjuang Daripada Tergusur dan Terbuang (Suara Pedih Rakyat Wadas)

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah)

Pemikiran politik dan naluri politik terbukti sendiri secara teori maupun praktis dalam kemampuan membedakan kawan dengan lawan. Poin-poin tinggi adalah sekaligus momen dimana musuh dalam kejelasan konkrit, dikenali sebagai musuh” ( Carl Schmitt, 1888-1985 ).

Melihat kondisi saat ini apa belum jelas atau sudah jelas, ketika kapitalis / oligark sudah tidak sembunyi sembunyi lagi dalam menindas rakyat. Alasan kepentingan investasi akan dibungkus dengan cara apalagi sudah tidak bisa lagi membuli rakyat.

Ketika rakyat makin miskin, teraniaya dan terdesak mata pencaharian sekedar untuk hidup. Sejengkal tanah HM untuk tanam singkong bertahan hidup sudah di buldoser atas nama pengembang, Investasi dan macam macam bentuknya. Titah Presiden : “Kapolda yang tidak mendukung investasi harus di pecat”. Wah, Wah Wah – artinya jelas paksa rakyat yang menentang, apapun alasan dan kondisi rakyat saat ini – muluskan semua rencana para kapitalis / oligarki.

Jangan naif : terhadap musuh yang sudah jelas tidak ada lagi belas kasih apalagi upaya mensejahterakan rakyat, tidak boleh lagi ada kompromi dan  tidak ada jalan tengah.

Terlihat sikap rakyat Wadas  (bukan rekayasa ) dalam spanduk terbaca dengan jelas : Bangkit melawan daripada tunduk ditindas. Lebih baik gugur berjuang daripada tergusur dan terbuang. Keberanian rakyat Wadas adalah kemuliaan untuk menjaga harkat dan martabat kehidupannya sebagai manusia. Bukan hewan yang hanya nurut dengan majikannya.

Tanpa perlawanan tidak akan ada lagi perlindungan, ditengah para pejabat negara sekelas Gubernur dan Menkopolhukam justru menarikan kenyataan “jangan takut tidak ada penyiksaan semua sudah sesuai prosedur”. Blaaar menggelegar – wajar rakyat menjawab mengukur tanah bahwa alat ukur bukan bawa senjata dan anjing pelacak.

Situasinya rakyat tetap siaga “Jangan terlalu yakin bahwa musuh tidak akan datang, lebih baik bersiap siap menyambutnya” (Sun-tzu). Tanpa perjuangan tidak akan ada kesempatan untuk menang, sekalipun hanya untuk membela diri.

Selamat berjuang jangan pernah melemah – menghadapi para kapitais yang semakin buas dan menindas. Jangan melemah terhadap bujuk rayu yang hanya akan membunuhmu. “Lebih baik gugur dalam berjuang daripada tergusur dan terbuang”.

Satu satunya cara untuk melawan penguasa yang sewenang wenang adalah melawan dan konfrontasi. “Menghindari orang yang mengancam dan berupaya mencari jalan damai, hanya akan mendatangkan kehancuran.”

Kadang konflik itu berefek terapeutik ( penyembuhan ) terus mengalah akan mendatang kesengsaraan dan penderitaan“. (Robert Greene)