Pegiat media sosial Ferdinand Hutahaean yang mengaku mualaf hanya sandiwara untuk mendapatkan simpati agar tidak dijebloskan penjara.
“Karakter Ferdinand itu sosok berbahaya. Kutu loncat, sekelas Presiden Jokowi bisa dihina. Pengakuan mualaf Ferdinand hanya sandiwara dan lebih baik masuk penjara,” kata koordinator Pemuda Aswaja Nur Khalim dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (9/1/2022).
Menurut Nur Khalim, Ferdinand mencoba meminta perlindungan tokoh-tokoh NU seperti yang dilakukan Abu Janda ketika akan diperiksa polisi. “Publik melihat sendiri kelakuan Abu Janda yang tidak berubah ketika sudah bertemu tokoh-tokoh NU. Hal sama juga dilakukan Ferdinand jika tidak dimasukkan penjara,” jelas Nur Khalim.
Kata Nur Khalim, keberadaan Ferdinand dan teman-temannya yang biasa disebut buzzer membuat gaduh bangsa Indonesia. “Sudah saatnya penegakan hukum ditegakkan biar Indonesia tidak ada kegaduhan,” ungkapnya.
Nur Khalim menilai, pengakuan mualaf justru makin memperberat hukuman Ferdinand. “Ferdinand melakukan kebohongan publik yang mengaku mualaf 2017 tetapi di KTP tertulis Kristen Protestan. Saat menjadi caleg 2019 agamanya tertulis Kristen Protestan,” pungkas Nur Khalim