Kondisi Ferdinand Hutahaean seperti Ayam yang Disembelih

Oleh : Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)

Menyimak kasus penodaan agama oleh Ferdinand Hutahaean, penulis jadi teringat kisah ayam di kampung. Dahulu, kami hanya bisa makan daging ayam dalam tiga keadaan : Idul Fitri atau Idul Adha, Ayam ketabrak motor, atau ayam sakit. Kalau tidak ada tiga momen tersebut, kami tidak bisa makan daging ayam.

Saat ayam sakit, kami berada diantara dua situasi. Terjadi dialog antara pikiran dan nafsu. Pikiran dan hati menyatakan, kasihan ayam sakit. Nafsu menyatakan, asyik akan makan daging ayam nih.

Yang menarik, saat prosesi penyembelihan. Ayam, saat sakit itu seperti tidak berdaya. Tetapi begitu disembelih, ayam akan nampak giras sesaat, terpelanting ke sana kemari, sampai akhirnya tergeletak tak berdaya menemui ajal kematian.

Baca juga:  Surya Paloh dan Anies bukan Pengkhianat

Penulis melihat, kondisi Ferdinand saat ini seperti ayam yang baru disembelih. Bergerak giras kesana kemari, seperti ayam jagoan saja. Padahal, gerakan itu tanpa panduan akal dan hanya prosesi menuju kematian.

Lihatlah, betapa tak nyambungnya langkah yang ditempuh Ferdinand.

Satu sisi dia mengklarifikasi dan meminta maaf. Tetapi dia menghapus cuitannya. Menghapus adalah upaya menghilangkan jejak. Mengklarifikasi dan meminta maaf, justru mengkonfirmasi jejak pernah ada dan dibenarkan. Nah, ini kan ga logis ?

Lalu, dia minta maaf tapi sambil tuduh kelompok tabayun. Minta maaf ya minta maaf saja, tak perlu dibarengi tuduhan kelompok Tabayyun. ini maunya apa ?

Lalu, berusaha memperkenalkan diri sebagai mualaf. Setelah dinilai tidak bisa menyelamatkan, jurus pamungkas digunakan. Mengaku punya sakit menahun yang kalau kambuh bisa pingsan, entah apakah epilepsi atau stress. yang jelas, targetnya agar lepas dari jeratan pidana karena dianggap tidak memiliki kemampuan bertanggungjawab secara pidana karena gila, begitu mungkin ceritanya.

Baca juga:  Realisasikan Pansus Rp349 Triliun

Tapi, nampaknya tak ada yang berempati. Semua akrobat yang dilakukan, hanyalah gerakan laksana ayam yang disembelih menuju kematian.

Ferdinand oh Ferdinand, malang nian nasibmu lae ? kau terlihat ringkih dan lemah sekali. Bahkan, terlihat sangat menjijikkan.

Lebih baik, kau berdialog imajiner lagi. Libatkan pikiran dan hatimu. Makilah dirimu sepuasmu. Mungkin, dengan begitu kau akan tersadar bahwa Allah maha kuat. Tidak lemah seperti yang kau tuduhkan.