Pilih Mana: Al Quran atau Pancasila? Beragama atau Tidak Beragama?

Uncategorized

Oleh: K.H. Athian Ali M. Da’i, Lc. M.A.**

Kendati hanya terlintas dalam pikiran sekalipun rasanya mustahil bagi yang beragama membandingkan firman Ilahi yang ada dalam kitab suci yang mutlak dan absolut kebenarannya dengan Pancasila atau apa pun aturan manusia yang nisbi sifatnya.

Bagi yang tidak beragama (Baca : Tidak memahami dan menghayati, apalagi jika tidak meyakini) tentu sangat sulit memahami prinsip keyakinan seperti ini. Sebenarnya, seseorang mau beragama dan atau tidak beragama itu sebuah pilihan dari Al Khalik (Q.S Al Kahfi 29) yang harus dihormati.

Sayangnya, kenyamanan mayoritas penduduk negeri yang memilih beragama acapkali terusik oleh ulah mereka yang senantiasa berupaya menyingkirkan agama dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dimulai dengan upaya menghilangkan identitas orang yang beragama pada kolom agama di KTP. Berlanjut dengan upaya mencabut Perda-perda Syariah. Bersikeras untuk mengaburkan bahkan memutarbalikkan fakta sejarah pengkhianatan G 30 S PKI. Menuduh yang ingin menyelamatkan bangsa dan negeri ini dari ancaman bangkitnya kembali komunis, sebagai orang tidak punya pekerjaan dan mengada-ada. Menghina dan melecehkan orang-orang mu’min yang mengingatkan akan adanya hari pembalasan di akhirat nanti sebagai pengkhayal.
Mengaku muslim namun menolak bahkan melecehkan syariat Islam.

Berupaya mengubah Pancasila menjadi Trisila lalu Ekasila, dengan tujuan agar Sila Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi menjadi norma dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Munculnya pernyataan Kepala BPIP yang dengan Iantangnya menyebut Agama sebagai musuh besar Pancasila (detiknews 20 februari 2020). Bersemangatnya sebagian orang memproklamirkan “Islam Nusantara” sebagai bentuk kufur (penolakan) terhadap sebagian syariat Islam yang tidak sejalan dengan hawa nafsu dan pemikiran mereka. Dengan dalih syariat yang mereka tolak bukanlah syariat Islam, namun budaya Arab yang tidak sesuai dengan budaya nusantara.

Sikap penolakan yang selalu ditunjukkan orang-orang kafir sepanjang sejarah kehidupan manusia. Sikap yang pernah juga dilakukan oleh orang-orang kafir bani Israil pada zaman N.Musa as (Q.S. AI Baqaroh 85) dengan menolak sebagian syariat Taurat yang tidak sejalan dengan hawa nafsu mereka.

Kebencian mereka terhadap Islam yang dibungkus Iewat penolakan terhadap budaya dan segala yang berbau Arab, semakin gencar dilakukan di antaranya dengan kembali menggulirkan istilah Kadrun (Kadal gurun) yang dahulu pernah dipopulerkan PKI untuk menyerang Agama Islam.

Masih banyak lagi fakta yang bisa diungkap untuk semakin membuktikan betapa kini orang orang-orang yang tidak beragama semakin berani dan masif menunjukkan sikap anti Agama di Republik ini. Yang paling mutakhir adalah kasus Tes Wawasan Kebangsaan yang menghebohkan, ketika pegawai KPK yang ingin menjadi ASN harus menjawab salah-satu pertanyaan, Pilih mana : AI Qur’an atau Pancasila?

Pertanyaan yang sangat konyol. Pertanyaan yang mustahil dibuat dan diajukan oleh orang yang memahami dan menghayati Agama dan PancasiIa. TerIebih lagi jika yang bersangkutan mengaku muslim.

Semua tentu mafhum, para perumus Pancasila adalah orang-orang yang taat beragama yang ingin melaksanakan syariat Agama, baik dalam hubungan secara vertikal dengan AI Khalik, maupun secara horizontal yang terkait dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Untuk itu mereka kemudian sepakat menetapkan asas tauhid : Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama untuk mewarnai semua norma dan aturan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Mereka juga sepakat menetapkan sila Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial yang merupakan bagian penting dari prinsip Agama dalam berhablum minan naas sebagai empat sila berikutnya yang juga harus menjadi Pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan kata Iain, pertanyaan mana yang akan dipilih : AI Qur’an atau Pancasila? merupakan pertanyaan konyol yang tidak mustahil akan disusul kemudian dengan pertanyaan yang lebih konyol lagi, pilih mana: Beragama atau tidak beragama?

Semoga semua ini sudah cukup menjadi Tadzkirah bagi orang yang beragama untuk segera bangkit berjuang menghentikan segala bentuk upaya sebagian orang untuk menghilangkan Agama dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara di NKRI yang berdasarkan Pancasila.

Negeri yang hanya layak dihuni oleh orang-orang yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.

**Ketum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) / Ketum Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS)