Ustadz Asal Papua Ingatkan Ada Upaya Memutarbalikkan Sejarah

Uncategorized

Saat ini ada upaya memutarbalikkan sejarah Indonesia mulai dari menghilangkan peran NU, Muhammadiyah, Arab dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Waspada saat ini mulai pemutarbalikan sejarah, Nu, Muhammadiyah, Arab yang perjuangkan Kemerdekaan NKRI, perlahan di hilangkan,” kata pendakwah asal Papua Ustadz Fadlan R Garamatan di akun Twitter-nya @fadlannuuwaar.

Kata Ustadz Fadlan, masyarakat sudah mengetahui dalang yang ingin memutarbalikan sejarah itu. “Sudah makin tahu siapa di balik kejahatan Kedaulatan NKRI,” jelasnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merespon beredarnya protes dari sejumlah kalangan yang menuding Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghilangkan jejak tokoh pendiri Nahdlatul Ulama Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dalam Kamus Sejarah Indonesia Jilid I.

Direktur Jenderal  Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan Kemendikbud tidak pernah menghilangkan jejak tokoh-tokoh pendiri bangsa, apalagi Hasyim Asy’ari. Bahkan, kata Hilmar, Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari di Jombang didirikan oleh Kemendikbud. Kemudian, dalam rangka 109 tahun Kebangkitan Nasional, Kemendikbud menerbitkan buku KH. Hasyim Asy’ari: Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri.

Hilmar menjelaskan, buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah diterbitkan secara resmi. “Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Senin (19/4/2021).

pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Senin, 19 April 2021.

Lebih penting lagi, lanjut Hilmar, naskah buku tersebut disusun pada tahun 2017, sebelum periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. “Selama periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, kegiatan penyempurnaan belum dilakukan dan belum ada rencana penerbitan naskah tersebut,” tuturnya.

Keterlibatan publik menjadi faktor penting yang akan selalu dijaga oleh segenap unsur di lingkungan Kemendikbud. “Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa tidak mungkin Kemendikbud mengesampingkan sejarah bangsa ini, apalagi para tokoh dan para penerusnya,” tutur Hilmar.