Indonesia sudah tujuh kali ganti kepemimpinan nasional namun tidak ada satu Presiden yang memberlakukan hukum Islam.
“Tujuh ganti presiden tidak punya makna, tidak memberlakukan hukum Islam,” kata pengacara senior Eggi Sudjana dalam pengajian Emak-Emak Aspirasi belum lama ini.
Eggi juga mempertanyakan peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang tidak mendorong pemberlakuan hukum Islam di Indonesia. “MUI juga tidak ada perubahan untuk mendorong adanya pemberlakukan hukum Islam di Indonesia,” jelasnya.
Dalam pengajian itu, Eggi memperkenalkan konsep Tauhid di mana semua di hadapan Allah itu kecil termasuk jabatan. “Allah Akbar itu maknanya Presiden, Gubernur, Bupati, diri kita itu kecil. Yang besar itu Allah. Kalau ada yang menyatakan lebih besar dari Allah itu musyrik,” ungkapnya.
Eggi juga mengatakan bahaya orang munafik dengan ciri-ciri di antaranya jika diberi amanat khianat, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari. “Orang munafik itu berbahaya karena tidak bermusuhan secara langsung, berbeda dengan orang kafir,” ungkapnya.
Wakil Ketua Aspirasi, Jatiningsih memuji kajian Islam yang disampaikan Eggi Sudjana. “Tausiah Bang Eggi Sudjana memberikan semangat menyadarkan untuk menegakkan hukum Islam di Indonesia,” jelasnya.
Jatiningsih berharap Eggi Sudjana menjadi Presiden Indonesia. “Bang Eggi bisa menggantikan kepemimpinan bangsa Indonesia,” pungkas Jatiningsih.