Peneliti LIPI Olah Limbah Masker Sekali Pakai Jadi Bahan Baku Plastik

Limbah masker sekali pakai atau disposable menjadi masalah tambahan di masa pandemi Covid-19, terutama di kalangan rumah tangga.

Tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencari solusi masalah itu dengan mendaur ulang limbah masker hingga menjadi bahan baku plastik berbentuk pelet.

“Banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa masker disposable itu berbahan plastik,” kata ketua tim riset Akbar Hanif Dawam Abdullah, Rabu, 17 Februari 2021.

Berdasarkan analisis FTIR dan DSC diketahui bahwa kebanyakan masker disposable itu berbahan polipropilen (PP) dengan titik leleh 163-169 derajat Celcius sehingga dapat didaur ulang.

Uji coba pengolahan limbah masker sekali pakai itu dilakukan pada akhir 2020. Tahapan prosesnya dimulai dari pengumpulan limbah masker. Langkah selanjutnya sterilisasi limbah sesuai saran kolega dari mikrobiologi.

Dari beberapa metode sterilisasi, tim yang berjumlah tiga orang anggota inti itu memilih cara mudah yang bisa diterapkan masyarakat. “Teknik yang digunakan bukan pemanasan tapi menambahkan larutan Natrium hipoklorit (NaOCl),” ujar Dawam.

Bahan itu biasa dipakai sebagai pemutih kain. Setelah disterilkan, limbah masker yang masih basah itu dikeringkan hingga seperti semula. Limbah masker lantas dicacah atau dipotong kecil-kecil.

Proses selanjutnya memasukkan cacahan itu ke dalam mesin esktruder hingga keluar hasil berupa bijih plastik daur ulang berbentuk pelet atau butiran padat yang keras.

Dari bahan baku itu tim mencetak beberapa purwarupa barang plastik, seperti baskom dan lembaran plastik. Hasil kerja sama dengan sebuah politeknik tekstil, limbah masker itu menjadi tali plastik panjang seperti benang layangan.

Dawam mengatakan ketika uji coba itu tim hanya mengolah lembaran masker yang antara lain berwarna biru atau hijau. Tali karet dan pengait di hidung dilepaskan. “Beratnya per lembar 2 gram,” katanya. Dari hasil 150 lembar limbah masker sekali pakai itu, diperoleh 300 gram bijih plastik.

Berdasarkan hasil proyeksi jika separuh penduduk Indonesia memakai masker sekali pakai dua kali sehari atau 4 gram, maka hasilnya ada 500 kilogram limbah yang dihasilkan setiap hari.

Menurut Dawam, teknologi daur ulang limbah masker itu diharapkan dapat mengungkit ekonomi nasional, khususnya bagi usaha mikro kecil dan menengah yang sedang anjlok di masa pandemi.

Seorang perajin plastik daur ulang kenalan Dawam yang bernama Jaja mengatakan daur ulang masker menjadi bahan baku plastik itu akan sangat membantu. “Untuk dijadikan pot hidroponik,” katanya.

[ANWAR SISWADI/tempo]