Menimbang Soal Jilbab, antara Atlet Voli AS Najah Aqeel Versus SKB 3 Menteri.

Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)

Di tengah pandemi wabah corona yang hampir satu tahun telah menyerang negeri kita, dan belum juga dapat diprediksi kapan berakhirnya, malah tiba-tiba muncul Surat Keputusan Bersama Tiga (SKB 3) Menteri yang tak urung menimbulkan kegaduhan baru.

Menarik untuk disimak soal SKB 3 Menteri ini tentang pengaturan penggunaan pakaian seragam dan atribut bagi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah yang diselenggarakan pemerintah daerah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sungguh luar biasa, soal seragam sekolah beratribut agama saja harus tiga menteri mengeluarkan surat keputusan bersama.

Permasalahan yang satu ini, tentu sangat tidak level jika dibandingkan dengan sosok salah seorang atlet voli wanita Amerika Serikat yang tak dapat diragukan lagi soal komitmen kemuslimahannya. Sosok atlet yang selalu bergulat dengan si kulit bundar di lapangan voli ini bernama Najah Aqeel.

Luar biasa sebagaimana dilansir CNN Indonesia, Najah yang baru berusia 14 tahun saja sudah dapat menginspirasi sebuah perubahan besar regulasi penggunaan jilbab dalam olah raga bola voli di level sekolah menengah Amerika Serikat. Yang bersangkutan pernah diusir oleh wasit karena mengenakan jilbab. Disuruh memilih antara membuka jilbab atau tidak bermain, Najah pun mengambil keputusan mundur dari pertandingan.

Mendapat perlakuan yang intoleran seperti yang sedang dikampanyekan di negeri ini, Najah dan keluarganya tidak tinggal diam menerima nasib perlakuan yang merendahkan keyakinan yang diyakininya.

Najah dan keluarganya menjalin komunikasi dengan Tennessee Secondary School Athletic Association (TSSAA), Federasi Nasional Asosiasi Sekolah Menengah (NFHS), dan American Muslim Advisory Council (AMAC) untuk mengubah peraturan tersebut. Tak lama kemudian NFHS menyetujui penggunaan penutup kepala untuk alasan keagamaan. Komite bola voli akhirnya menyetujui proposal tersebut.

Jika Najah gadis yang baru berusia 14 tahun saja dapat menginspirasi mengubah regulasi yang sangat fondamental bagi keyakinan seorang muslim, lalu bagaimana dengan tiga sosok menteri yang notabene malah sebaliknya berlawanan dengan Najah?