Ironi Sang Panglima

Syeikh Mubarak ulama yg sangat tawadhu dan alim di abad 18, dia tinggal di Basrah Irak. Suatu sore dia mau ke Mesjid Raya kota Basrah melalui, komplek perumahan elit pejabat negara. ketika melewati rumah Panglima kerajaan yg kebetulan lagi berpesta di halaman rumah, dia dipanggil oleh panglima, “wahai pengemis” katanya, sambil menghina syekh “kesinilah ambil ini makan untukmu biar kau tidak kelaparan”katanya.

Syeikh Mubarak mendatangi panggilan Panglima, sesampai di gerbang rumah, tiba2 panglima menampar pipi serta mengusirnya pergi sambil membentak, “tidak ada makanan buat pengemis seperti kau, pergi dari halaman rumahku ini karena, keberadaan mu merusak selara makan ku”. Lalu Syeikh pun pergi meneruskan tujuannya, tidak jauh dia melangkah dari gerbang rumah, diapun dipanggil lagi untuk bertemu panglima. “sini pak tua, ini ada kebab kesukaanku buatmu”, Kata panglima. Setelah sampai di hadapan Panglima, lagi2 pipinya ditampar dan pantatnya ditedang oleh panglima. ”ini bukan makanan untukmu, ini makanan buat anjing2ku yg telah menjaga rumahku ini, pergi kau dari sini, pakaianmu meninggalkan najis yg tidak hilang dalam seminggu” kata panglima. Syeikh pun berlalu, baru beberapa langkah dia menjauh, dipanggil lagi oleh panglima, Syeikh tetap mendatangi sang panglima dengan tenang serta raut wajah yang tetap bahagia. Meskipun di perlakukan dengan kasar dan bengis sampai 20 kali, Syeikh bolak balik dan di berlakukan dgn cara yang sama.

Ketika Syeikh berjalan dengan tenang meninggalkan gerbang halaman rumah panglima, tiba2 panglima memanggilnya dengan sebutan dan cara yang berbeda, “wahai imam kaum muslimin, sudilah anda kembali memenuhi panggilan sy” kata sang Panglima. Syeikh pun berjalan dengan tenang, tanpa ada sedikitpun perobahan di wajahnya meskipun, itu panggilan yg ke 21 kali dia bolak balik, sesampai digerbang rumah, panglima memeluk Syeikh sambil meraung2 minta maaf, dan memegang lutut Syeikh, lalu Syeikh membantu sang panglima berdiri sambil tersenyum dan mengatakan, tuan tidak berbuat kesalahan apapun kepada sy, berdirilah” kata Syeikh.

Setelah panglima agak tenang, dia bertanya kepada Syeikh Mubarak “wahai imam, kenapa anda tetap kembali memenuhi panggilan sy, meskipun sy memperlakukan mu dengan kasar dan tidak terpuji” kata panglima sambil terisak2, yg sangat tergoncang dengan ketenangan , dan kesabaran, serta kesejukan sang syiekh. lalu Syeikh menjawab “panglima, yg pertama. sy tidak memiliki keinginan apapun kepada tuan. kedua, disaat pertama kali sy dipanggil tuan, sy mematuhinya sebagai rakyat. ketika tuan menampar dan mengusir sy, sy berpikir, mungkin sy melakukan kesalahan yg saya tidak tahu, sehingga sy harus dihukum, dan sy menerima hukuman itu dengan senang hati. Ketiga, diwaktu tuan memanggil sy untuk yg kedua kalinya, sampai yg ke dua puluh kali, serta menampar dan mengusir sy, sy melihat tuan mendapat kebahagian, dengan perbuatan itu. Makanya sy memenuhi dan menerima perbuatan tsb dengan senang hati, agar tuan tidak kehilangan kebahagian meskipun, dengan cara menampar dan mengusir sy. Keempat, diwaktu tuan memanggil sy yang ke dua puluh satu kalinya, sy memenuhi keinginan tuan tersebut. Karena, di waktu tuan memanggil sy dengan cara yg berbeda, Sy berpikir, mungkin tuan merasa menyesal, mencari kebahagian dengan cara2 yg keji. Oleh karenanya sy datang untuk menyatakan kepada tuan, “tidak ada yg salah dari perbuatan tuan, agar tuan tidak larut dalam penyesalan panjang atas perbuatan tuan kepada saya. Semoga tuan selalu bahagia, dan mencari kebahagian dengan cara2 yg terpuji dan mulia”. kata Syeikh sambil berlalu. Dan panglima lgs pingsan mendengar kata2 Syeikh Mubarak. ( DR.K/A )