by M Rizal Fadillah
Soal wakaf uang sebagai gerakan nasional yang ikut diserukan Sandiaga Uno ternyata mendapat respon negatif. Netizen menyatakan keengganan untuk mengikuti ajakan Uno. Ini menyangkut kredibilitas Sandiaga yang merosot setelah ia menjabat Menteri. Berbeda Uno saat menjadi Cawapres yang dielu-elukan dengan setelah menjadi Menteri yang disesalkan banyak orang.
Uno menyatu dengan citra Kabinet yang buruk bahkan bobrok. Ia tak akan mampu berkreasi sendiri untuk meningkatkan daya dukung publik. Publik menilai Uno akan mati berada di jajaran Kabinet Jokowi. Senior dan pasangan Capresnya yaitu Prabowo memberi pelajaran tentang kematian itu. Uno muda dan bermasa depan diolok olok saat mendapat amanat dari Menko Luhut untuk memperbaiki toilet. Prabowo nanam singkong, Sandiaga Uno mengurus WC.
Profil kesalehan diri Uno tidak mampu mendongkrak kharisma untuk berbicara dengan wibawa soal gerakan wakaf. Sebagian rakyat khususnya umat Islam menilai bahwa gerakan wakaf uang yang dicanangkan Pemerintah Jokowi merupakan program ambivalen atau munafik. Bahkan menyebut mengemis-ngemis untuk menarik dana umat. Sindirannya, kencleng Masjid pun sedang dilirik. Harus dijaga ketat.
Uno pasti juga dapat membaca bagaimana potensial, muda, dan kreatifnya Mendikbud Nadiem yang dipercaya Jokowi, namun nyatanya tak berkutik juga di dalam Kabinet. Kualifikasinya biasa-biasa saja hampir tanpa prestasi. Kolam Kabinet tidak berair jernih. Masuk ke dalamnya ikut tercemar. Jadi sebaiknya Uno fokus saja pada pilihan untuk mengurus masalah pariwisata dan ekonomi kreatif. Masalah wakaf biarlah para ulama dan ormas Islam yang jauh lebih kompeten.
Setelah menyasar dana wakaf, di samping menyesalkan Sandiaga Uno, publik juga banyak menyindir Jokowi dan Sri Mulyani dengan diksi “mendadak Kadrun”.
Pemerintah itu rupanya mulai sadar bahwa kearab-araban itu perlu juga, hi hi hi.
Makanya jangan sok anti Islam, ya boss. Urusan duit umat, mata loe membelalak.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 30 Januari 2021