In Memoriam Mengenal Dolly Yatim

Pertama mengenalnya, saya agak ragu karena gayanya mirip “informan” Era Orde Baru, tapi seiring waktu prasangka itu pupus setelah mengenalnya lebih dekat. Apalagi setelah bersentuhan dengan aksi jalanan saat meletusnya Kasus Bank Century 2008, Kasus Korupsi Wisma Atlek 2011, dan Kasus Cecak VS Buaya 2013.

Ingat betul, bagaimana kawan2 aktivis yang sering nonkrong di TIM (Taman Ismail Marzuki), bahu membahu turun kejalan dalam berbagai aksi protes karena kesel kasus kasus korupsi mulai marak di era reformasi, yang sangat diametral dengan tuntutan reformasi yang Anti KKN. Dolly Yatim adalah salah satu aktivis di TIM yang aktif melawan KKN dan kebijakan kebijakan yang menyimpang dari trend reformasi.

Yang paling spektakuler mengingatnya adalah, ketika ikut terlibat kegiatan aksi jalan kaki 3 hari/malam bersama Liues Sungkarisma dari TIM ke Kota Bandung belain Deddy Sugarda yang ngebacok Jaksa yang kena suap. Dolly Yatim adalah salah satu aktivis yang terlibat dalam aksi jalan kaki tersebut sebagai protes atas penangkapan aktivis Bandung Deddy Sugarda.

Keterlibatannya yang cukup aktif antara lain dalam kegiatan Mimbar Bebas Kawan Kawan TIM, bersama Mona, Mujib, Syafti Hidayat, Ferry, Lubis Pedepotan, Egi Sobri, Sarman, Yayan 2M, Muslim Arbi, Jhoni Iskandar, Abah, Acil Lagoa dan Yuni Bendera. Dan banyak lagi kegiatan keaktivisan pro rakyat dalam kurun waktu itu hingga kini.

Setelah kemudian tahun2 terakhir ini dia berkonsentrasi full berjuang bersama aktivis Pro Konstitusi untuk mengembalikan UUD 45 Asli yang dipalsukan bersama Mas Sri Bintang Pamungkas, Bang Bennie Akbar Fatah, Hatta Taliwang, dr. ZulnEkomei dan kawan kawan Guntur 49 yang dikomandoi Mas Isti Nugroho. Dia tercatat sebagai Presiden GolPut Indonesia, Ketua Pokja ForJIS Kembali ke UUD 45 dan sederet lagi kegiatan melawan Pemalsuan Konstitusi UUD 1945, yang pada saat saat terakhir hingga akhir hayatnya sibuk wara wiri bersama Bung Fahri Lubis dalam urusan GKU 1945.

Selain itu ada sederet jabatan sosial kemasyarakatan, dan segudang aktivitas kegiatan lainnya yg sifatnya keormasan atau forum forum LSM lainnya yang sama sekali luput dari perhatian saya karena pergaulannya yang begitu luas.

Obrolan Rakyat Jumatan ForJIS di Guntur 49 eksis tidak terlepas dari keterlibatan Dolly Yatim bersama Jacob Ereste, Tito Sumarsono (Rambo) dan Arie Gongrong.

Kualitas seorang Dolly Yatim di nilai asek oleh kawan kawan Aktivis sebayanya dan d ibawahnya, yang bersentuhan dengannya karena karakternya yang ihlas, egaliter, murah senyum, supel, dan takkenal menyerah.

Kata yang sering diucapkannya jika menilai sesuatu aktivitas pro rakyat yang berjalan lancar, adalah ucapan kata “ManTap” dengan berhias senyum sumringah. Itulah kata terakhir yang di ucapkan kepada saya pada tanggal 18 Januari via media Telegram sehari sebelum dipanggil Yang Maha Kuasa Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Selamat jalan kawan ku yang baik pejuang yang rendah hati. Semoga Allah SWT membalas semua amal jariahmu untuk bangsa dan negara yang lebih baik untuk anak cucu, dengan surga jannatun naim. Amin!

Jakarta, 20 Jan’ 2021
Muhammad Nur Lapong.